Heli Kapolda Jambi Jatuh

Tokoh Adat Ungkap Ada Larang Pantang yang Dilanggar saat Insiden Kapolda Jambi, tak Sembarang Orang

Lokasi mendarat darurat helikopter Kapolda Jambi Irjen Pol Rusdi Hartono di Bukit Tamiai, Kerinci itu wilayah yang jarang ditempuh warga biasa

Editor: Edi Nugroho
Helikopter Mendarat Darurat di Jambi
Tokoh Muara Langkap nenyebut ada yang terlewatkan itu adalah kearifan lokal masyarakat dan larang pantang dalam hutan dalam kejadian insiden heli Kapolda Jambi jatuh. 

BANJARMASINPOST.CO.ID - Tokoh Muara Langkap nenyebut ada yang terlewatkan itu adalah kearifan lokal masyarakat dan larang pantang dalam hutan dalam kejadian insiden heli Kapolda Jambi jatuh.

Depati Muara Langkap, Mukhri Soni menyebut kondisi darurat disadarinya memang kadang membuat tindakan harus cepat, termasuk menggunakan teknologi GPS, yang memotong jalur sehingga jarak dan waktu perjalanan bisa lebih singkat.

"Ada larang pantang yang dilanggar. Renah Si Hijau dan Gunung Betuah itu terlarang dimasuki sembarang orang," kata Datuk Soni, sapaan Mukhri Soni.

Seharusnya jalur heli itu cukup mengikuti alur sungai Batang Merangin. Namun ini sudah terlalu jauh ke kiri.

Baca juga: Kondisi Terbaru Cidera yang Dialami Kapolda Jambi Usai Insiden Helikopter, Patah Tangan

Baca juga: Dramatisnya Proses Evakuasi Kapolda Jambi Usai 45 Jam Berada di Hutan Kerinci, Kontur Hutan Curam

"Jarang heli atau pesawat yang selamat melintas di atas Gunung Batuah dan Renah Si Hijau," kata dia lagi.

Untuk itu, tim evakuasi seharusnya memuliakan kearifan leluhur dengan menghormati alam dan tanah sekitar yang berhutan dan berbukit.

"Secara adat seharusnya minta tolong ke kami Depati Muaro Langkap, melalui sirih sekapur," kata dia.

Lokasi mendarat darurat helikopter rombongan Kapolda Jambi Irjen Pol Rusdi Hartono di Bukit Tamiai, Kerinci disebut adalah wilayah yang jarang ditempuh warga biasa.

Depati Muara Langkap, Mukhri Soni mengungkapkan helikopter tersebut terbang cukup mengikuti alur sungai Batang Merangin. Namun ternyata sudah terlalu jauh ke kiri.

"Kita tidak mau merintangi evakuasi dan semoga proses evakuasi hari ini berjalan lancar, tapi ada yang terlewatkan dari evakuasi ini," kata Mukhri Soni dikutip dari Kompas.com, Selasa (21/2/2023).

Ia mengatakan yang terlewatkan itu adalah kearifan lokal masyarakat dan larang pantang dalam hutan.

Baca juga: Spesifikasi Helikopter yang Mendarat Darurat saat Ditumpangi Kapolda Jambi, Buatan Amerika

Kondisi darurat disadarinya memang kadang membuat tindakan harus cepat, termasuk menggunakan teknologi GPS, yang memotong jalur sehingga jarak dan waktu perjalanan bisa lebih singkat.

"Ada larang pantang yang dilanggar. Renah Si Hijau dan Gunung Betuah itu terlarang dimasuki sembarang orang," kata Datuk Soni, sapaan Mukhri Soni.

Seharusnya jalur heli itu cukup mengikuti alur sungai Batang Merangin. Namun ini sudah terlalu jauh ke kiri.

"Jarang heli atau pesawat yang selamat melintas di atas Gunung Batuah dan Renah Si Hijau," kata dia lagi.

Untuk itu, tim evakuasi seharusnya memuliakan kearifan leluhur dengan menghormati alam dan tanah sekitar yang berhutan dan berbukit.

"Secara adat seharusnya minta tolong ke kami Depati Muaro Langkap, melalui sirih sekapur," kata dia.

Sirih sekapur atau pinang ini bermakna minta izin, minta dimudahkan.

Setelah bertemu dengan penguasa wilayah adat, maka depati sebagai perantara yang meminta hajat, berkomunikasi dengan seluruh lapis mahluk hidup yang berada bukit, lokasi helikopter mendarat darurat.

"Tidak banyak, ini sebagai tanda kita menghormati alam raya seperti membawa sirih selembar, pinang. Ya selayaknya seperti sirih orang mengundang," kata Datuk Soni.

Baca juga: Empat Rombongan Kapolda Jambi Diprioritaskan untuk Dievakuasi, Polri: Karena Kondisi Kesehatan

"Kita kasihan pada petinggi yang tersandera cuaca buruk," katanya lagi.

Budayawan Jambi, Nukman menuturkan, masyarakat setempat meyakini bahwa titik jatuhnya helikopter sebagai wilayah yang jarang ditempuh orang biasa.

Ini adalah bagian dari warisan leluhur, kearifan yang turun temurun diwariskan untuk menjaga keseimbangan alam. Tentu pola kearifan dan pikiran baik itu yang harus diikuti oleh tim evakuasi. Misalnya mengikuti arah ajun pemilik wilayah, dalam hal ini Depati Muaro Langkap.

"Pola-pola ini tentu kita terjemahkan dengan baik, dan ini berbeda dengan pendekatan ilmu modern tentunya," katanya.

Tim tentu sudah memedomani pergerakan angin dari gunung ke lembah dan sebaliknya.

Tinggal sejauh mana menggabungkan dua pendekatan ini menjadi satu, pendekatan teknologi modren dan ilmu pengetahuan nenek moyang.

"Kita berdoa semoga semua diberi kekuatan dan kemudan," tutupnya.
Tim SAR yang berada di Kabupaten Merangin saat hendak mengirimkan bantuan obat-obatan dan makana ke Kapolda Jambi dan rombongan, Selasa (21/2/2023)

Proses evakuasi rombongan Kapolda Jambi sebelumnya sempat dihentikan sementara, Senin (20/2/2023).

Penghentian karena terdapat kabut tebal yang datang secara tiba-tiba saat helikopter datang untuk mengevakuasi.

"Kurang lebih 10 kilometer awalnya (jarak pandang). Tapi saat di atas titik koordinat timbul kabut yang tebal dan ada angin kencang. Tidak terlihat lagi ke bawah" ujar Kepala Operasi Basarnas Jambi, Manca.

Para korban terpaksa menginap di tenda darurat dalam kondisi terluka. Rombongan ini dijaga dan dirawat dua tim SAR yang datang dari jalur darat, serta satu tim yang datang dari jalur udara, yang totalnya sekitar 30 orang.

Para korban kecelakaan ini, yaitu Kapolda Jambi Irjen Rusdi Hartono, Direktur Reskrimum Polda Jambi Kombes Pol Andri Ananta Yudistira, Direktur Polairud Polda Jambi Kombes Michael Mumbunan, Koorspri Polda Jambi Kompol Ayani, dan ADC Kapolda Jambi, serta 3 orang kru

Prioritas evakuasi

Empat orang rombongan Kapolda Jambi yang terjebak di Hutan Bukit Tamiai, Kerinci diprioritaskan dievakuasi Tim SAR.

Prioritas dalam evakuasi itu mempertimbangkan kondisi kesehatan keempat orang tersebut.

Keempat orang tersebut yakni Kapolda Jambi Irjen Pol Rusdi Hartono, Pilot AKP Ali Nurdin Harahap, Copilot AKP Amos Freddy Sitompul, dan satu korban lainnya sesuai assessmen dari tim medis di lokasi.

Sebagaimana diketahui, helikopter Irjen Pol Rusdi Hartono mengalami insiden di Bukit Tamiai hingga mendarat darurat.

Baca juga: Kabaharkam Polri Komjen Arif Tiba di Jambi Pantau Evakuasi Rombongan Kapolda, Kapolri Nanti Sore

"Prioritas adalah empat korban, yaitu kapolda, kapten pilot, copilot dan satu korban lainnya. Satu korban lainnya nanti tim medis yang ada di darat yang akan menentukan assessmennya, sehingga empat ini bisa dievakuasi dengan skala prioritas tersebut," kata Kadiv Humas Polri Irjen Pol Dedi Prasetyo di Mabes Polri, Jakarta, Selasa (21/2/2023).

Dedi menyebut pertimbangan memprioritaskan empat korban terlebih dahulu karena faktor kesehatan.

"Tergantung assesemen dokter. Ini yang kita prioritaskan, kondisi kesehatan ya yang diutamakan," jelasnya dikutip dari Tribunnews.com.

Dalam proses evakuasi, empat helikopter diterjunkan milik Polri, TNI AU dan Basarnas. Namun, setelah pukul 07.00 WIB diterbangkan, empat helikopter tersebut masih mendapat kendala.

"Setelah berputar-putar hampir dua jam, karena situasi tidak memungkinkan heli tersebut kembali mendarat untuk mengisi avtur. Kalau mengisi avtur berarti pukul 09.00 WIB tadi kurang lebih dikit, tadi empat heli tersebut kembali terbang lagi untuk mencoba memaksimalkan proses evakuasi," imbuhnya.

Artikel ini telah tayang di Tribunnews.com dengan judul: Evakuasi Rombongan Kapolda Jambi Belum Berhasil, Tokoh Adat: Ada Larang Pantang yang Dilanggar

Dapatkan informasi lainnya di Googlenews, klik : Banjarmasin Post

Sumber: Tribunnews
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved