Pabrik Karet di Lianggang Ambruk

Tragedi Ambruknya Pabrik Karet di Lianganggang Tala, Adis Mendengar Suara Gemuruh

Suara gemuruh membuat Adis penasaran dan segera ke luar rumah, yang dilihatnya pabrik karet tempatnya bekerja ambruk

Editor: Eka Dinayanti
Banjarmasinpost.co.id/Idda Royani
Warga turut menyaksikan proses pencarian dan evakuasi korban yang tertimpa reruntuhan lembaran karet dan bangunan gudang yang ambruk, Kamis (9/3) siang. 

BANJARMASINPOST.CO.ID, PELAIHARI - Ambruknya pabrik pengolahan lembaran karet milik PT Kintap Jaya Wattindo (KWJ) di Desa Lianganggang, Kecamatan Batibati, Kabupaten Tanahlaut (Tala), Kamis (9/3) sekitar pukul 12.00 Wita, menimbulkan duka mendalam.

Satu pekerja tewas yakni M Yunus (21) warga Lianganggang.

Sedang tujuh pekerja lainnya terluka.

Mereka adalah Arjuni (48) warga Jalan Mistar Cokrokusumo, Sungitiung, Cempaka; Nunci (47) warga Nusa Indah, Batibati; M Karyadi (30) warga Jalan A Yani Km 28, Batibati; M Abdullah (29) warga Lianganggang; Eko Ari Sandi (31) Jalan Perintis Raya, Nusa Indah; Dian (42) warga Asahan, Bentok Barat, Batibati dan Mahdianoor (25) warga Lianganggang.

Sebelum Yunus ditemukan tewas tertindih balok kayu dan tumpukan lembaran karet, pencarian terhadapnya dilakukan hampir lima jam.

Adis Rusdiansyah, karyawan perusahaan, mengaku sempat mendengar suara Yunus mengerang.

“Saya sempat berkali-kali memanggilnya. Namanya kan Yunus, jadi saya panggil Nus... Nus.... Nus.... Terdengar respons lirih suaranya, eeughh,” papar Adis.

Saat pabrik yang terletak sekitar dua kilometer dari Jalan A Yani itu ambruk, Adis mengaku sedang berada di rumah yang tak begitu jauh dari pabrik.

Dia sedang tak kena jadwal kerja.

Mendengar suara gemuruh, Adis bergegas mencari sumber suara.

Ternyata pabrik berangka besi dengan atap seng tempatnya bekerja ambruk.

Muhran, Relawan Emer-gency LA Muda Berkarya, juga sempat mendengar korban minta tolong.

Namun karena proses evakuasi memakan waktu, korban tidak sempat tertolong.

“Dia korban terakhir dievakuasi. Sempat minta tolong tapi setelah dievakuasi sudah meninggal,” kata Muhran, yang turut mengantar jenazah korban di Rumah Sakit Islam (RSI) Sultan Agung Jalan A Yani Kilometer 17,5 Banjarbaru.

Diperkirakan Muhran, Yunus tewas karena kehabisan napas.

Soalnya saat dievakuasi kepala korban tertutup lembaran karet.

“Badannya tertelungkup dan tubuhnya tertindih puing bangunan,” jelasnya.

Upaya pekerja, relawan dan Tim Basarnas mengangkat tumpukan lembaran karet bercampur balok kayu penyangga juga tak mudah.

Mereka mesti memotong satu per satu lembaran karet serta menarik balok-balok kayu.

Saat benda-benda tersebut dapat diangkat sekitar pukul 16.47 Wita, Yunus terlihat dalam posisi tertelungkup dan tak bergerak lagi.

Lelaki muda itu kemudian dinyatakan meninggal dunia.

“Korban meninggal. Kami temukan dalam posisi tertelungkup tertindih tumpukan lembaran karet,” ucap Kepala Subseksi Operasi dan Siaga Basarnas Banjarmasin Amri Zuna Kurniawan.

Begitu jenazah korban dikeluarkan dari reruntuhan, sebagian warga yang menyaksikan proses evakuasi spontan mengucapkan ungkapan duka cita.

Selanjutnya korban dibungkus kantong jenazah Basarnas, dibawa ke ambulans dan dievakuasi ke RSI Sultan Agung.

Kasat Reskrim Polres Tala AKP Agus Adi Apriyoga yang berada di lokasi bersama Kapolsek Batibati Iptu Samsudi menuturkan tiga korban luka dievakuasi ke Puskesmas Batibati dan telah pulang.

Mereka adalah Abdullah, Karyadi dan Dian.

Empat korban luka lainnya menjalani perawatan di RSI Sultan Agung.

Arjuni menderita luka di kepala. Sedangkan Nunci diduga patah tulang paha sebelah kiri.

Saat tiba di rumah sakit, pahanya terdapat bidai berbalut perban.

Tampak juga kaki dan celana Nunci dipenuhi bekas darah yang mengering.

Korban lain yakni Eko masuk ruang IGD sekira pukul 15.10 Wita.

Kondisi Eko tampak bersih dan tak terlihat luka di tubuhnya.

“Kalau korban Mahdi tadi kalau tidak salah luka pada kaki dan Arjuni luka di telinga kanan,” ujar Jemy (25) rekan korban.

Jemy menuturkan pada hari itu ada 18 orang yang bekerja termasuk dirinya.

Pabrik ambruk saat jam istirahat.

Ketika itu Jemy dan tujuh rekannya istirahat di mes tak jauh dari pabrik.

”Delapan rekan saya lainnya masih di pabrik. Ada yang lagi makan siang dan ada juga yang rebahan,” kata Jemy. (BPost Cetak)

 

 

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved