Harta Karun Emas Wonoboyo

Rincian Harta Karun Emas Mataram Kuno Wonoboyo Klaten Jateng, Prof Dr Timbul: Bukan Bangsawan Biasa

Harta karun emas temuan Wonoboyo, Klaten, Jateng merupakan benda- benda regalia, atau simbol kerajaan.

Editor: Edi Nugroho
Tribunnews.com
Kalung emas ini bagian temuan harta karun emas Wonoboyo dan diyakini kalung untuk tokoh selevel raja/ratu atau bangsawan sangat tinggi di Kerajaan Mataram Kuno. Koleksi ini dipajang di lantai empat Museum Nasional Jakarta. 

Selanjutnya adegan Rahwana menculik Dewi Sita. Relief kelima, Rahwana membawa terbang Dewi Sita dengan kereta puspaka yang kemudian bertemu Jatayu

Relief keenam, melukiskan saat adegan Dewi Sita sudah di taman Istana Alengka, ditemani dayang-dayang. Semua bidang di luar enam relief ini dihiasai ukiran pepohonan, rumah, balai- balai.

"Ini memang salah satu koleksi paling menojol dari harta emas Wonoboyo. Kilau emasnya lebih berpendar daripada yang lain. Mungkin bahan emasnya berbeda," jelas Riri Damayanti, petugas Museum Nasional.

Di sepanjang sisi utara ruangan ini, berderet koleksi-koleksi emas Wonoboyo. Mulai dua gelang tangan emas, besar dan agak kecil yang diduga dipakai sepasang laki-perempuan dewasa.

Gelang tangan indah ini dibuat dari lempengan emas yang ditempa, diisi tanah liat berkualitas tinggi kemudian ditutup lempengan perunggu yang dipatri.

Selanjutnya hiasan telinga terbuat dari lempengan emas tipis bentuk helai daun panjang dengan pangkal teratai mekar yang mungkin dipakai sebagai hiasan telinga (sumping).

Bentuk sumping ini di tradisi Jawa sampai sekarang masih dipakai untuk hiasan telinga raja, atau contoh sederhana dipakai hiasan telinga pengantin laki-laki.

Hiasan telinga ini ada tiga pasang, dua polos dan satu ditatah hiasan sulur daun. Berikutnya kelat bahu. Ada ada tiga pasang kelat bahu, dua besar satu kecil yg merupakan kelat bentuk antefiks (simbar).

Sepasang kelat berhias kepala Kala berahang bawah. yang dua lain hiasan floral dan sulur daun. Kelat bahu ini biasanya diikatkan di bahu/lengan atas pakai tali.

Semuanya berbahan lempengan emas yang dipahat. Hiasan ini masih biasa dipakai di busana pengantin Jawa.

Koleksi berikutnya anting-anting dengan banyak jenis dan bentuk. Ada anting-anting segitiga, bulat dihiasi batu mulia ungu, putih, merah.

Ada bentuk anting teratai (sepasang), cincin (3 pasang), cincin lapis untiran tiga (11 pasang berbagai ukuran)

Berikutnya koleksi hiasan pinggang (pending) yang biasa dipakai bangsawan tinggi. Dibuat dari lempengan emas dan dipahat dari dalam.

Ada tiga jenis dengan bentuk dua sama, satunya beda yaitu untaian lempeng jajaran genjang.

Dua hiasan pinggang dari lempengan berisi tanah dan ditutup lempengan perunggu dan dipatri. Ada kait tali di masing-masing ujungnya.

Halaman
1234
Sumber: Tribunnews
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved