Jendela
Mengalahkan Dengki
Dengki adalah, kata al-Ghazali, perasaan tidak senang atas kebahagiaan orang lain mendapat nikmat, dan berharap nikmat itu terlepas darinya.
Oleh: Mujiburrahman, Rektor Universitas Islam Negeri (UIN) Antasari
BANJARMASINPOST.CO.ID, BANJARMASIN - SEORANG santri mengunjungi gurunya yang sudah sepuh. Guru ini adalah seorang ulama hebat tetapi kurang dikenal di masyarakat. Dia lebih dikenal oleh para santrinya saja.
“Wahai Guru. Saya mohon doa, agar saya diberi keselamatan oleh Tuhan. Saya takut kalau-kalau malah terpilih menjadi pemimpin. Saya ikut pemilihan ini semata agar tidak lari dari tanggung jawab,” katanya. “Nanti malam aku akan salat hajat. Akan kudoakan, semoga kamu terpilih,” kata Guru.
Si murid terkaget-kaget. Suasana hening sejenak. Dia sebenarnya berharap, Guru mendorongnya untuk tidak terlibat urusan dunia karena dia sangat kenal siapa gurunya itu, seorang asketis sejati, ulama yang benar-benar zahid. Di sisi lain, dia juga tahu, seringkali doa Gurunya itu dikabulkan Allah.
“Tetapi kamu harus ingat satu hal,” kata Guru itu melanjutkan. “Akan banyak orang yang dengki alias hasad kepadamu. Berlindunglah kepada Allah dari orang-orang itu.”
Cerita di atas pernah saya tuturkan kepada seorang cendekiawan. Dia sangat setuju dengan nasihat Guru di atas.
Bukankah dalam Surah al-Falaq Allah menyuruh kita berlindung kepada-Nya dari ‘seorang pendengki, ketika ia mendengki’? Ini berarti, katanya, dengki itu sangat berbahaya.
Dalam sebuah hadis, Nabi mentamsilkan dengki itu seperti api, dan kebaikan laksana kayu bakar. Kita dapat membayangkan bagaimana ganasnya api memakan kayu bakar sampai menjadi arang dan abu.
Dengki adalah, kata al-Ghazali, perasaan tidak senang atas kebahagiaan orang lain mendapat nikmat, dan berharap nikmat itu terlepas darinya.
Anda menjadi pendengki jika Anda tidak senang melihat tetangga memiliki mobil baru dan sangat ingin agar dia tidak lagi memiliki mobil itu, entah karena dicuri, bangkrut dalam usahanya, atau rusak akibat kecelakaan.
Anda lebih gembira lagi jika orang tersebut celaka. Anda susah melihat dia senang, dan senang melihat dia susah.
Dengki itu menyiksa si pendengki. Dalam dengki ada marah. Setiap orang memiliki daya marah untuk melindungi dirinya atau menyerang orang lain.
Jika terkendali dalam kadar yang wajar, marah melahirkan keberanian membela yang baik dan benar. Jika kurang, maka orang jadi pengecut, dan jika lebih maka dia bisa membabi buta.
Di dalam dengki ada rasa marah dan benci atas kesenangan orang lain. Akar rasa marah dan benci itu adalah rasa tidak aman, tersaingi atau dikalahkan.
Di sisi lain, iri bukanlah dengki. Iri artinya kita ingin mendapatkan nikmat yang didapatkan orang lain tanpa menginginkan nikmat itu terlepas darinya.
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.