Berita Banjarmasin

Obat Hepatitis C di Banjarmasin Kosong, Dinkes Kalsel : Sudah Datang

Kabid Sumber Daya Kesehatan Dinkes Kalsel, apt Drs Akhmad Yanie, M Si, mengatakan obat sofosbuvir dan daclatasvir sudah datang

Editor: Hari Widodo
shutterstock
ilustrasi 

BANJARMASINPOST.CO.ID - Obat sofosbuvir dan daclatasvir yang merupakan obat bagi penderita Hepatitis C di Banjarmasin kosong. Semua, apotek di Kota Ini juga tidak dijual.

Terkait kosongnya Obat bagi penderita Hepatitis C ini, Kabid Sumber Daya Kesehatan Dinkes Kalsel, apt Drs Akhmad Yanie, M Si, mengakui obat sofosbuvir dan daclatasvir sempat kosong.

Diakuinya pula, obat tersebut juga tidak diperdagangkan secara bebas di semua apotek.

“Ini adalah obat program alias hanya ditangani pemerintah. Biasanya hanya ada di rumah sakit bertipe A atau B,” terangnya, Rabu (30/8).

Saat tersedia beberapa waktu lalu, Yanie mengatakan pasiennya tidak ada. Akibatnya obat kedaluwarsa.

“Jadi akhir-akhir ini apabila ada kasus baru kami minta ke Kementerian Kesehatan ,” kata Yanie.

Mengenai kasus KR, Yanie mengaku tidak mendapat laporan.

“Jika tanpa informasi BPost, kami tidak mengetahui,” ujarnya.

BPost sempat mengonfirmasi pada Selasa (29/8). Begitu mengetahui kekosongan obat hepatitis C, dia mengatakan Dinkes Kalsel langsung menindaklanjutinya.

“Kami langsung mengajukan pengadaan obat ke Kemenkes dan sudah datang di Kalsel. Segera kami distribusikan,” tuturnya.

Rincian obat yang dikirim Kemenkes ke Dinkes Kalsel yakni sofosbuvir 400mg dan daclatasvir 60 mg. Masing-masing sebanyak 22 botol dan 616 tablet.

Penyediaan obat hepatitis C memang bermasalah. Puluhan orang yang menamakan diri Gabungan Organisasi Peduli Hepatiti pada 29 Mei 2023 berunjuk rasa di kantor Kemenkes karena obat hepatitis C dinyatakan kosong sejak delapan bulan sebelumnya. Massa didominasi penderita Hepatitis positif.

“Kami dari komunitas menuntut pengadaan obat hepatitis C, yang dijanjikan pemerintah, karena hampir delapan bulan kosong,” kata koordinator lapangan aksi, Osem.

Hal ini, menurutnya, sangat tidak sesuai dengan jumlah penderita yang mencapai dua juta. Ia menuding pemerintah hanya berjanji.

Sebagai penderita, Osem mengaku sangat membutuhkan obat tersebut. “Karena saya sendiri sebagai Hepatitis positif, saya pribadi membutuhkan untuk pengadaan obat itu sendiri,” papar Osem.

Ia menekankan bahwa penderita Hepatitis C terakhir mendapatkan obat Direct Acting Antiviral (DAA) delapan bulan lalu. (msr/tribunnews)

 

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved