Berkah Ramadhan

Bolehkah Ajarkan Anak Puasa Setengah Hari?, Begini Pandangan Ustadz Khalid Basalamah

penceramah Ustadz Khalid Basalamah menyampaikan, di Indonesia ada satu tradisi yang tidak ada landasannya dalam Islam, yakni puasa setengah hari

Penulis: Salmah | Editor: Hari Widodo
Youtube Khalid Basalamah Official
Ustadz Khalid Basalamah menjelaskan cara mengajarkan puasa kepada anak. 

BANJARMASINPOST.CO.ID - Setiap Ramadhan, para orangtua mulai mengajarkan putra-putrinya yang masih kecil untuk berpuasa. Namun, di Indonesia terbiasa mengajarkan anak untuk belajar berpuasa dengan puasa setengah hari.

Dalam hal mengajarkan puasa terhadap anak, penceramah Ustadz Khalid Basalamah menyampaikan, di Indonesia ada satu tradisi yang tidak ada landasannya dalam Islam, yakni puasa setengah hari atau hingga beduk zuhur.

Menurut dia, anak harus diajarkan puasa full. Bila tidak tahan, maka sampaikan kepada anak bahwa puasanya batal/dibatalkan.

“Ini yang pernah saya bilang. Di Indonesia ada satu tradisi yang harus kita hilangkan ini. Mengajar anak kita puasa setengah hari. Gak ada puasa setengah hari,” tegasnya dikutip dari video yang diunggah Instagram @tisonfr, Selasa (12/3/2024).

Baca juga: dr Zaidul Akbar Bagikan Tips Puasa Tetap Semangat Hingga Akhir Bulan, Ingatkan Konsumsi Real Food

Baca juga: Bolehkah Puasa Tapi Tak Sholat dan Tak Tutup Aurat di Bulan Ramadhan 2024? Ini Kata Buya Yahya

Penceramah ini mempertanyakan dasar hukum puasa setengah hari yang sudah turun temurun tersebut.

Sebagaimana kita ketahui, memang sejumlah orangtua mengajari dan melatih anaknya yang masih kecil untuk berpuasa meski belum diwajibkan. 

Ada orangtua yang masih mengajari anaknya sahur, ada pula yang tengah melatih buah hatinya puasa setengah hari. Inilah yang dikiritik Ustadz Khalid.

Menurut Khairi, ayah lima anak warga Banjarbaru, pembelajaran puasa untuk anak-anak usia di bawah 5 tahun ada tahapannya, jadi tidak bisa dipaksa harus begini dan begitu. 

"Ada perbedaan pembelajaran puasa bagi anak usia 3 tahun, 5 tahun, 10 tahun, baik dalam bahasa penyampaian tentang puasa maupun tatacaranya berpuasa," jelasnya.

Selain itu melihat kondisi tumbuh kembang dan kondisi fisik anak. Artinya, jika mampu silakan, tapi jika tidak mampu maka berikan kelonggaran.

"Penerapan puasa bagi anak yang secara  kesehatan mampu berpuasa, bisa hingga pukul 10.00 atau 12.00 atau 14.00. Tapi itu bukan mengajarkan anak bahwa berpuasa bisa diatur waktunya, melainkan hanya tahapan belajar puasa," argumen Khairi.

Senada dikatakan Kamila, ibu rumahtangga warga Banjarmasin, berpuasa hitungan jam atau setengah hari itu menjadi latihan bagi anak, bukan menjadi surat ajaran.

"Seiring tumbuh kembang dan kesehatannya maka durasi puasanya bisa bertambah hingga nantinya sehari penuh," jelasnya.

Baca juga: Benarkah Tidur Termasuk Ibadah saat Puasa Ramadhan? Simak Ceramah Ustadz Adi Hidayat

Penting pula, latihan puasa ini didukung oleh keluarganya. Jadi kakak, sepupu, paman dan bibi juga turut menyemangati anak agar semakin termotivasi puasa.

"Jadi sebenarnya tidak mengajarkan anak untuk puasa setengah hari. Hanya saja memberikan tahapan belajar," ujarnya.

Menurutnya kalau diterapkan puasa full dan saat anak tidak kuat kemudian diperbolehkan membatalkan, maka itu pun silakan saja. Hanya beda dalam bahasa saja.(Banjarmasinpost.co.id/Salmah Saurin)

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved