Thibbun Nabawi
Ustadz Abdurrahman Dani Imbau Tak Makan Berlebihan saat Tubuh Rutin Berpuasa: Berdampak ke Hati
Ustadz Abdurrahman Dani membeberkan, makan yang berlebihan dapat berpengaruh pada kondisi hati yang mengeras.
Penulis: Danti Ayu Sekarini | Editor: Mariana
BANJARMASINPOST.CO.ID - Terlalu banyak mengkonsumsi makanan terutama ketika tubuh dalam keadaan rutin berpuasa dapat berdampak buruk pada kesehatan, sebagaimana dijelaskan ahli kesehatan ala Thibbun Nabawi, Ustadz Abdurrahman Dani.
Ustadz Abdurrahman Dani membeberkan, makan secara berlebihan dapat berpengaruh pada kondisi hati yang mengeras.
Hal ini sesuai dengan perkataan para ulama dan cendikiawan muslim.
Dijelaskan Ustadz Abdurrahman Dani yang dikutip banjarmasinpost.co.id dari kanal youtube @abu_izora mengonsumsi makan dalam jumlah banyak sangat tidak dianjurkan.
Pasalnya jika tubuh terlalu banyak menerima makanan maka kondisi hati akan mengeras disertai bobot tubuh yang bertambah.
Baca juga: Adab Itikaf di Mesjid Bulan Ramadhan 2024, Ustadz Adi Hidayat Ingatkan Hindari Pilih-pilih Hari
Baca juga: Dampak Puasa Ekstrem Bagi Tubuh, Ustadz Abdurrahman Dani Ungkap Larangan Nabi SAW
“Hati kita juga akan mengeras kata Imam Syafi’i, kata Sufyan At Tsauri, Ibnu Qayyim, kata Imam Ql Gazali, Kata As Suyuti, hati itu mengeras juga karena makanan kita bukan hanya makanan haram, kebanyakan makan bikin hati keras,” jelas Ustadz Abdurrahman Dani.
Seperti yang diperingatian Imam At Tsauri.
“Hati-hati anda dengan perut anda, karena banyak makan membuat tubuh itu berat dan membuat hati semakin kaku,”
Selain berdampak pada kesehatan, terlalu banyak mengonsumsi makanan juga dipaparkan Ustadz Abdurrahman Dani bisa mempengaruhi iman.
Sebuah riset terbaru menunjukkan, makan terlalu banyak ternyata juga dapat meningkatkan risiko penurunan kemampuan otak, terutama pada orang tua.
Para ahli mengatakan, orang-orang berusia 70 tahun atau lebih tua yang mengasup antara 2.100 dan 6.000 kalori setiap hari berisiko dua kali lipat mengalami penurunan fungsi memori, yang bisa menjadi tanda awal penyakit kepikunan atau Alzheimer.
"Konsumsi kalori yang berlebihan setiap hari tidak baik untuk kesehatan otak," kata pemimpin peneliti Dr Yonas Geda, yang juga profesor neurologi dan psikiatri di Mayo Clinic, Scottsdale, Arizona Amerika Serikat.
"Ini mungkin terdengar seperti klise, tapi kita perlu memperhatikan konsumsi kalori sehari-hari. Intinya adalah makan secukupnya, tidak dalam jumlah berlebih, demi kesehatan otak Anda," tambahnya.
Dalam risetnya, peneliti menganalisa data lebih dari 1.200 responden berusia 70-89 tahun yang tinggal di Olmsted County, Minnesota. Di antara orang berusia lanjut ini, 163 di antaranya telah didiagnosa mengalami penurunan memori yang dikenal sebagai "kerusakan kognitif ringan."
Responden melaporkan kepada peneliti seberapa banyak mereka makan. Sepertiga dari total responden mengaku makan antara 600 - 1.525 kalori sehari, sepertiga yang lainnya antara 1.526 - 2.142 kalori per hari, dan sepertiga peserta lainnya 2.143 - 6.000 kalori dalam sehari.
Hasil analisa mengindikasikan bahwa di antara responden yang makan paling banyak, risiko didiagnosa mengalami gangguan memori tercatat lebih tinggi yakni dua kali lipat lebih besar ketimbang mereka yang makan sedikit. Sementara itu, pada peserta yang porsi makannya sedang, peneliti tidak menemukan adanya risiko untuk masalah memori. Hasil kajian ini tetap sama setelah peneliti memperhitungkan beberapa faktor seperti riwayat stroke, diabetes, pendidikan serta faktor risiko lain terkait penurunan memori.
"Kami juga memperhitungkan BMI (body mass index) dan obesitas. BMI adalah pengukuran berdasarkan tinggi dan berat badan. Tapi tidak ada perbedaan yang signifikan antara peserta normal dan gangguan kognitif ringan," kata peneliti.
Peneliti mengungkapkan, meski belum diketahui secara pasti mengapa makan berlebih dapat memengaruhi otak, namun peneliti menduga "asupan kalori yang berlebihan dapat menyebabkan kerusakan oksidatif, yang menyebabkan perubahan struktural dalam otak," jelas Geda.
Mengomentari riset tersebut, Dr Neelum Aggarwal, seorang profesor ilmu saraf di Rush University, Chicago, mengatakan bahwa temuan ini memungkinkan dokter untuk melakukan diskusi kepada pasien tentang hubungan antara praktek hidup sehat--seperti mengasup makanan bergizi dan membatasi gula--dengan fungsi otak secara keseluruhan.
"Diperlukan penelitian lebih lanjut untuk mendiskusikan hal apa saja yang dapat berkontribusi terhadap penurunan fungsi kognitif dan menawarkan strategi untuk pencegahan penyakit melalui nutrisi dan pembatasan kalori," kata Aggarwal.
Pakar lain yakni David Loewenstein, profesor psikiatri dan tingkah laku di University of Miami Miller School of Medicine, mengatakan, temuan ini menambah bukti bahwa tingginya asupan kalori berkaitan dengan obesitas dan sindrom metabolik, sehingga tidak mengherankan meningkatnya asupan kalori berhubungan dengan gangguan kognitif.
Sindrom metabolik adalah sekelompok faktor risiko terkait dengan penyakit jantung dan masalah kesehatan lainnya. "Studi ini menunjukkan bahwa apa pun yang baik bagi jantung - seperti mengurangi asupan kalori - adalah baik pula untuk otak," jelas Loewenstein.
(Banjarmasinpost.co.id/Danti Ayu)
Penderita Diabetes Berisiko Impoten, Ustadz Abdurrahman Dani Sarankan Pola Makan yang Sehat |
![]() |
---|
Cara Atasi Pusing Karena Cuaca, Berikut Tips Ustadz Abdurrahman Dani Menurut Thibbun Nabawi |
![]() |
---|
Pengobatan Pusing Akibat Udara Dingin Ala Thibbun Nabawi, Ustadz Abdurrahman Dani Beri Penjelasan |
![]() |
---|
Penderita Diabetes Wajib Tahu, Khasiat Jus Buah Delima dan Rendaman Gandum ala Pakar Thibbun Nabawi |
![]() |
---|
Larangan Tidur Setelah Makan Diuraikan Ustadz Abdurrahman Dani, Picu Penyakit Ini bagi Tubuh |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.