Longsor Tambang Gorontalo

Pasrah Nunggu Bantuan, Dua Pekerja Selamat Meski Terjebak 8 Jam di Longsor Tambang Emas Gorontalo

Pasrah nunggu bantuan, dua pekerja selamat meski terjebak delapan jam di longsor Tambang Emas Gorontalo

Editor: Edi Nugroho
TRIBUNGORONTALO/DOK. DISKOMINFOTI PROV GORONTALO/
Kolase Nofrianto Suleman (27) dan Zulpin Radjalawo (27) dan Anggota Polda Gorontalo mengevakuasi jenazah korban longsor tambang emas di Kabupaten Bone Bolango Gorontalo 

BANJARMASINPOST.CO.ID, GORONTALO- Pasrah nunggu bantuan, Nofrianto Suleman (27) dan Zulpin Radjalawo (27) dua pekerja selamat meski terjebak delapan jam di longsor Tambang Emas Gorontalo.

Selama 8 jam itu, Nofrianto dan Zulpin harus bertahan hidup di dalam kegelapan dan kesempitan. Mereka juga harus berbagi air dalam kemasan.

“Kami hanya punya setengah botol air. Kami harus menghematnya, minum sedikit demi sedikit agar tidak kehabisan tenaga,” kata Nofrianto.

Mereka sempat berteriak meminta tolong, namun suaranya hanya menggema. Dalam ketakutan, kedua pria itu memutuskan berwudhu.

Baca juga: Warga Ini Sempat Bernafas, Seorang Korban Longsor di Tambang Emas Gorontalo Akhirnya Meninggal Dunia

Baca juga: KPU HST Sebut Pasangan Aulia-Mansyah Memenuhi Syarat, Maju di Jalur Peseorangan di Pilbup HST 2024

Nofrianto Suleman (27) dan Zulpin Radjalawo (27) selamat dari bencana longsor tambang emas di Desa Pemukiman, Kecamatan Suwawa Timur, Kabupaten Bone Bolango, Gorontalo.

Longsor yang merenggut puluhan nyawa itu diketahui terjadi pada Minggu (7/7/2024) dini hari.

Keduanya tercatat sebagai warga Desa Tulabolo, Kecamatan Suwawa Timur, Kabupaten Bone Bolango, Provinsi Gorontalo.

Keduanya terjebak selama delapan jam dan hanya bermodalkan air setengah botol. Awalnya Nofrianto dan Zulpin masuk ke dalam lubang menambang emas pada Sabtu (6/7/2024) sekira pukul 21.00 Wita.

Dua jam setelahnya, longsor pun terjadi. Mereka kemudian terjebak dalam lubang tambang karena pintu masuk tertimbun material longsor.

"Saat kami ingin keluar dari lubang tambang di malam hari, tiba-tiba longsor menutup jalan keluar. Jadi kami pasrah, tinggal menunggu bantuan," kata Nofrianto saat ditemui di kediaman kepala Desa Tulabolo, Senin (8/7/2024).

Selama 8 jam itu, Nofrianto dan Zulpin harus bertahan hidup di dalam kegelapan dan kesempitan. Mereka juga harus berbagi air dalam kemasan.

“Kami hanya punya setengah botol air. Kami harus menghematnya, minum sedikit demi sedikit agar tidak kehabisan tenaga,” kata Nofrianto.

Mereka sempat berteriak meminta tolong, namun suaranya hanya menggema. Dalam ketakutan, kedua pria itu memutuskan berwudhu.

“Kami berwudhu dengan air yang mengalir dari luar dan masuk ke dalam lubang. Kami pasrahkan semuanya kepada Allah,” tutur Nofrianto.

Setelah itu mereka sempat tertidur dengan posisi duduk di dalam lubang tambang berukuran 1 x 1 meter tersebut.

Halaman 1/3
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved