Tajuk

Sama-sama Cegah Kelumpuhan

SUDAH lewat sepekan pelaksanaan Pekan Imunisasi Nasional (PIN) polio di Kalimantan Selatan. Namun, target jumlah belum tercapai.

Editor: Edi Nugroho
Tribunnews.com
Ilustrasi: Sejumlah siswa-siswi menerima vaksinasi Polio 

SUDAH lewat sepekan pelaksanaan Pekan Imunisasi Nasional (PIN) polio di Kalimantan Selatan. Namun, target jumlah anak yang mestinya mendapat vaksin polio belum tercapai dari pelaksanaan sejak 23 Juli 2024 itu.

Sementara, kasus akibat virus polio masih tinggi di Indonesia. Bahkan, Kementerian Kesehatan (Kemenkes) RI masih menerima laporan terkait Kejadian Luar Biasa (KLB) akibat virus Polio di sejumlah wilayah di Indonesia. Sebanyak 32 Provinsi dan 399 kabupaten/kota di Indonesia masuk dalam kategori risiko tinggi polio.

Sejak 2022 hingga 2024, telah dilaporkan sebanyak total 12 kasus kelumpuhan, dengan 11 kasus yang disebabkan oleh virus polio tipe 2 dan satu kasus diakibatkan oleh virus polio tipe 1.

Tinjauan epidemiologi, Indonesia pernah mendapatkan sertifikat bebas polio dari penularan polio sejak tahun 2014 bersama beberapa negara lainnya karena berhasil menanggulangi penyakit polio liar.

Baca juga: IMM Kalsel Desak PP Muhammadiyah Anulir Keputusan Terima Tawaran Kelola Tambang

Baca juga: Agustus Ini, Petugas Kebersihan dari DLH Kabupaten Tabalong Bakal Dapat Kenaikan Upah

Pada tahun 2022, November awal, polio kembali ditemukan di Provinsi Aceh, tepatnya Kabupaten Pidie. Dengan demikian, ditetapkanlah sebagai KLB polio. Ditemukan anak usia 7 tahun mengalami gejala kelumpuhan.

Dugaan kasus polio ini baru terkonfirmasi 7 November dengan dinyatakan polio tipe 2. Di akhir Desember 2023 dan awal Januari 2024 ditemukan 3 anak dari Jawa Timur dan Jawa Tengah terkonfirmasi polio. Membuat pemerintah kembali menetapkannya sebagai status KLB polio.

Virus polio sangatlah berbahaya karena bisa mengakibatkan kelumpuhan atau kecacatan seumur hidup, bahkan kematian kepada penderitanya. Virus polio tidak memiliki cara dalam pengobatannya (antivirus). Hingga sekarang pun pengobatannya hanya berupa terapi suportif yang ditujukan untuk menghambat perkembangan penyakit. Maka dari itu pemberian imunisasi (vaksin) adalah cara terbaik agar menghasilkan kekebalan tubuh terhadap virus polio.

Menurut data Kementerian Kesehatan, KLB polio dipengaruhi oleh rendahnya cakupan vaksinasi di beberapa wilayah yang dinyatakan KLB. Oleh karenanya, untuk suksesnya PIN Polio harus mendapatkan dukungan dari semua pihak, tanpa terkecuali orangtua.

Selain dukungan, juga perlu menyiasati faktor risiko yang menyebabkan penularan virus polio. Virus polio ditularkan melalui droplet dari orofaring (air liur) atau kotoran orang yang terinfeksi.

Untuk itu, faktor risiko seperti BAB sembarangan di saluran air atau sungai berkontribusi penularan virus polio mesti ditanggulangi. Air sungai yang terkontaminasi dan sering dimanfaatkan masyarakat untuk mandi atau mencuci, berisiko sebagai tempat penularan virus polio.

Masyarakat juga mesti memiliki tingkat kesadaran dan kepedulian yang tinggi untuk ikut melaporkan setiap kejadian anak usia 15 tahun dengan gejala lumpuh layu mendadak. Ini penting untuk tindakan selanjutnya. (*)

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

Berita Populer

Akhir Bahagia

 
© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved