Berita Banjarmasin

Yuk Saksikan Pameran Lukisan di Taman Budaya Kalsel, Ada Bekantan Menangis dan Haruai Bercengkerama

Kalian senang keindahan, yuk saksikan pameran lukisan di Gedung Wargasari, Taman Budaya Provinsi Kalimantan Selatan, Jalan Brigjen H Hasan Basry

Banjarmasinpost.co.id/Muhammad Syaiful Riki
Pameran Lukisan - Pengunjung antusias melihat satu lukisan yang dipamerkan di Taman Budaya Banjarmasin 

BANJARMASINPOST.CO.ID - Patung bekantan langsung menyambut pengunjung Gedung Wargasari, Taman Budaya Provinsi Kalimantan Selatan, Jalan Brigjen H Hasan Basri Banjarmasin, Kalimantan Selatan Senin (5/8). Di bagian tengah ruangan, ada seni intalasi berbentuk pos gardu yang dibuat dari alat tangkap ikan. Ada lukah, tangguk dan sarakap.

Belasan meter di belakang patung terdapat satu lukisan karya Bambang Rukmana Astaprana. Lukisan berukuran 80x87 centimeter persegi berjudul Save Bekantan itu merupakan satu dari puluhan karya yang mejeng dalam pameran bertajuk Bias Borneo III. Lukisan yang mengolaborasikan aliran realis dan abstrak tersebut menceritakan soal kesedihan bekantan. Kian hari, habitatnya semakin terancam karena pemanasan global.

Menurut Bambang, kondisi tersebut tak lain akibat keserakahan manusia. “Misalnya aktivitas pertambangan, mereka hanya mengambil hasil, tetapi reklamasinya jarang dilakukan,” tutur pria kelahiran 1964 ini.

Di dalam lukisan tersebut, Bambang sepertinya mencoba menuangkan banyak kejadian. Seperti kebakaran hutan dan seekor bekantan yang terduduk di potongan batang pohon sambil menangis.

Melalui lukisan ini pula, Bambang berharap ada atensi dari pihak yang bertanggung jawab. Sebab hutan bukan hanya menjadi habitat hewan, tapi juga sumber kehidupan manusia.

Bekantan adalah monyet berhidung panjang dengan rambut berwarna hitam kemerahan. Hewan ini merupakan satu dari dua spesies dalam genus Arassy. Bekantan merupakan hewan endemik Pulau Kalimantan yang tersebar di hutan, rawa dan hutan pantai.

Tepat di sebelah kanan pintu masuk Gedung Wargasari juga terdapat lukisan sepasang burung Haruai karya Syaifullah Ze Fansury. Haruai termasuk hewan langka. Di Kabupaten Tabalong, Kalsel, populasinya terbilang sangat langka.

Untuk lukisan berukuran 80x80 centimeter persegi itu, Syaifullah mengambil judul Bercengkerama dalam Kelangkaan. Maksudnya, pasangan Haruai jantan dan betina ini ingin menyelamatkan populasinya dari hubungan mereka.

“Dulu, burung Haruai diburu untuk diambil bulunya dan dijadikan kerajinan. Seiring waktu, populasinya semakin sedikit,” kata pria berusia 47 tahun ini.

Bias Borneo III yang bertajuk ‘Balantak’ berlangsung 10 hari yakni dari tanggal 31 Juli sampai 9 Agustus. Pameran lukisan yang digagas Ikatan Pelukis Kalimantan Selatan (IPKS) ini menyuguhkan 80 karya. Pameran buka dari pukul 10.00 Wita hingga 22.00 Wita.

Di sana juga ada lukisan wajah tiga tokoh asal Kalsel, yaitu Syekh Muhammad Arsyad Al Banjari, KH Muhammad Zaini bin Abdul Ghani dan Pangeran Antasari. Di sini, pengunjung bisa menyaksikan kehidupan warga Kalimantan Selatan. (Muhammad Syaiful Riki)

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved