Berita HSS

Pasang Surut Usaha Gerabah di Daha Selatan HSS, Kini Juga Bikin Replika Buah dan Pot Bunga

Desa Bayanan Kabupaten Hulu Sungai Selatan dikenal sebagai kampung perajin gerabah. ini produk kerajinan yang dihasilkan oleh warga 

Penulis: Hanani | Editor: Irfani Rahman
Banjarmasinpost.co.id/hanani
Perajin gerabah di Desa Bayanan Kecamatan Daha Selatan, HSS yang dikenal sebagai kampung perajin gerabah.   

BANJARMASINPOST.CO.ID - Masyarakat Kecamatan Daha Selatan, Kabupaten Hulu Sungai Selatan (HSS), terkenal kreatif dalam membuat produk kerajinan. Salah satunya, Desa Bayanan yang dikenal sebagai kampung perajin gerabah.  Berbagai kerajinan berbahan tanah liat dan pasir diproduksi, lalu dipasarkan ke berbagai daerah di Kalsel, hingga luar Kalsel.

Usaha yang digeluti masyarakat secara turun temurun ini masih dilakukan secara tradisional. Salah satu perajin gerabah adalahRukiyah (53). Mulai merintis usaha pada 1994, dia memproduksi tungku, alat untuk memasak dengan menggunakan kayu bakar.

Tiap hari, Rukiyah yang mempekerjakan tiga warga membuat 50-70 produk berupa tungku atau dapur nagara, kuantan, panai, kapit, tabungan, pot bunga dan produk mainan. Namun, produk unggulannya tetap tungku.

Cara produksinya yang masih tradisional, membutuhkan proses cukup panjang. Mulai mencampur tanah liat dengan pasir, yang diaduk dengan kaki. Setelah tercampur rata, ditempa dan dibentuk secara manual. Termasuk proses pembakaran dalam tungku bersuhu panas tinggi, menggunakan kayu bakar.

Sedangkan produk lainnya seperti tabungan, kuantan dan kapit menggunakan alat pemutar tanah liat yang diputar menggunakan tangan. Meskipun masih dibikin secara tradisional, hasil kerajinan gerabah buatan Rukiyah dan warga lainnya cukup berkualitas. Makanya dipasarkan tidak hanya di Kalsel, tetapi juga Kaltim dan Kalteng.

Diakui Rukiyah, pangsa pasar kerajinan gerabah, khususnya tungku, tak seramai tahun 90-an.

Hal itu karena tungku yang menggunakan kayu bakar ini kian ditinggalkan, seiring beralihnya masyarakat ke kompor gas. “Dulu tahun 90-an bersaing dengan kompor minyak. Sejak tahun 2000-an digempur kompor gas,”ungkapnya. Sebab, tungku masih digunakan pedagang kecil seperti untuk membakar sate, membakar dupa (wewangian), juga untuk bakar ikan.

Sedangkan produk lainnya, seperti capit, biasanya digunakan terkait adat, seperti menyimpan plasenta bayi baru lahir. ‘Alhamdulilah, masih bisa dijadikan sumber pendapatan, walaupun hanya cukup untuk makan,”kata Rukiyah.

Untuk bahan tanah liat, perajin mengambilnya dari dasar rawa. Biasanya dibeli dari pencari tanah liat yang menggunakan jukung (perahu tanpa mesin).

Harga satu perahu tanah liat Rp 70 ribu sampai 100 ribu tergantung kapasitas perahu. Menurut Salmah (50), yang juga perajin gerabah di Bayanan, hasil produknya ak dipasarkan sendiri. Tapi dijual melalui pengumpul, yang datang menggunakan pikap hingga truk.

“Dulu, sebagian dijual sendiri melalui jukung. Tapi sekarang sudah jarang, lebih banyak dijual ke pengumpul, karena butuh uang cepat untuk modak produksi lagi,”kata Salmah.

Adapun harga satu tungku Rp 8000 sampai Rp 15 ribu tergantung ukuran. Sedangkan tabungan, capit dan kuantan di kisaran Rp 3000 hingga Rp 5000 per buah.

Salmah mengaku, sebenarnya untung yang diraih sangat tipis, karena biaya produksi yang kian mahal dan proses produksi yang cukup panjang. Untung bersih dalam satu jukung di kisaran Rp 100 ribu hingga Rp 150 ribu. “Kami bertahan dengan usaha ini, karena hanya ini satu-satunya kerajinan yang kami bisa, dan sesuai potensi alam yang dimiliki,”kata Salmah.

Inovasi pun dilakukan sejumlah perajin. Salmah juga membuat replika buah-buahan seperti semangka, pot bunga, tokoh animasi dan tokoh kartu seperti doraemon, hello kity, dora dan lainnya. Juga ada bentuk binatang, seperti ayam, ikan, kucing. Ukuran kecil hingga jumbo.

Produk inovasi itu dipasarkan ke luar daerah. Salah satunya di sentra kerajinan tangan dan sapu ijuk di Desa Barikin, Kabupaten Hulu Sungai Tengah (HST) hingga Banjarmasin.

Menurut Salmah, inovasi tersebut memang bukan kebutuhan rumah tangga, tapi sebagai barang pajangan. Untuk itu sasaran pembelinya, masyarakat menengah ke atas.(hanani)
 

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved