Sungai Jorong Diduga Tercemar

Tim LH Tala Ambil Sampel Hingga Wilayah Hulu Sungai Jorong, Ini Hasil Analisisnya Sesuai Fakta 

Tim dari Dinas Perumahan Rakyat, Kawasan Permukiman dan Lingkungan Hidup (DPRKPLH) Kabupaten Tanahlaut (Tala),  turun ke lokasi 

Penulis: BL Roynalendra N | Editor: Edi Nugroho
ADI RAHMANI UNTUK BPOST GROUP
TIM DPRKPLH bersama DKPP saat turun ke lapangan mengambil sampel air, Jumat (25/10). 

Hal lain yang  kami cermati pada pengukuran suhu permukaan air di lokasi pengamatan cukup tinggi sekitar 30-32 derajat celcius. Kondisi ini didukung dengan cuaca yang sangat panas. 

Secara.alami pada kondisi peningkatan suhu permukaan akan memberikan pengaruh terhadap ketersediaan oksigen.  

Dikatakannya, hasil cek lapangan ikan yang mati lebih banyak  pada ikan nila  yang sudah agak besar, ikan yang  kecil lebih tahan.   

Kemungkinan hal ini disebabkan sifat ikan yang besar lebih suka berada di bawah dan  membutuhkan oksigen sedangkan ikan kecil  berada di permukaan dengan kadar oksigen lebih baik.  

Bersamaan  peristiwa ikan nila dalam keramba mati, sebut Adi, juga diinformasikan oleh masyarakat bahwa ada ikan alam yang juga mati seperti puyau dan undang. Namun tak terlalu banyak.  

Hal ini karena ikan yang ada di luar keramba atau di alam lebih bisa beradaptasi terhadap perubahan lingkungan.  Pada saat ini cuaca sangat panas yang tentunya sangat mempengaruhi suhu lingkungan. 

Ikan nila di.keramba sangat sensitif terhadap perubahan lingkungan yang ekstrem. Pada kondisi terkurung ikan nila di keramba tidak bisa bebas survive seperti ikan di alam.  

Lebih lanjut Adi menerangkan sungai-sungai  hampir.semua mengalami penurunan kualitas air. Hal ini seiring banyaknya kegiatan pemanfaatan ruang untuk usaha dan peruntukan pemukiman yang berdampak terhadap menurunnya kelas  sungai.  

Hal lain yang  tidak diharapkan  adalah bila ada kegiatan memutas atau.meracun di sungai. Pasalnya, kegiatan ini sulit diIdentifikasi dan kejadiannya pun cepat hilang namun bisa berdampak kematian ikan. 

Apalagi saat kemarau sekarang dengan kondisi  air sungai sangat sedikit  sehingga tidak ada.aliran yang cukup untuk mensirkulasi air.  Berbagai bahan atau zat  yang telah masuk ke sungai  akan terakumulasi di dasar  sungai.

Berbagai zat yang awalnya telah mengendap, dapat terangkat kembali ke permukaan air. Apabila terjadi gerakan vertikal aliran air dari bawah ke atas sebagai  akibat perbedaan suhu pada permukaan air sungai seperti kondisi cuaca panas saat ini.   

Zat apa pun yang terangkat dalam jumlah yang tidak bisa ditoleransi oleh makhluk hidup atau ikan maka dapat menjadi racun yang dapat menyebabkan potensi kematian ikan. 

"Karena itu diharapkan kepada semua.pihak agar selalu menjaga keberadaan sungai agar tetap.berfungsi dengan baik," pungkas Adi.

(banjarmasinpost.co.id/banyu langit roynalendra nareswara)

 

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved