Berita Tanahlaut

Pasca Puluhan Kasus Salah Ukur, Angka Stunting di Wilayah Tanahlaut Kini Turun Drastis 

Stunting masih menjadi isu krusial nasional hingga saat ini. Semua daerah berjuang keras mengatasi atau setidaknya menurunkan angkanya.

Penulis: BL Roynalendra N | Editor: Edi Nugroho
BPOST GROUP/BANYU LANGIT ROYNALENDRA NARESWARA
Pengukuran ulang anak pascakick off Intervensi Serentak Penurunan Stunting 27 Mei lalu 

BANJARMASINPOST.CO.ID, PELAIHARI - Stunting masih menjadi isu krusial nasional hingga saat ini. Semua daerah berjuang keras mengatasi atau setidaknya menurunkan angkanya.

Begitu pula dengan Pemerintah Kabupaten Tanahlaut (Tala), Kalimantan Selatan (Kalsel). Langkah cepat dan instruksi khusus langsung dilakukan Pj Bupati Tala H Syamsir Rahman menindaklanjuti rilis dari pemerintah pusat.

Catatan media ini Rabu (20/11/2024), angka stunting di Tala berada pada angka cukup tinggi yaitu sebesar 41,7 persen. Data ini membuat Pemkab Tala 'meradang' karena dinilai tak rasional dan diyakini terjadi random error pada pengukuran 400 sampel balita.

Syamsir langsung menginstruksikan dilakukan pengukuran secara menyeluruh atau terhadap semua balita di Tala. Pengukuran juga dilakukan secara detail dan cermat sesuai SOP dan alat ukur standar.

Baca juga: Pencuri Barang Elektronik Senilai Rp 150 Juta Ditangkap Anggota  Polsek Sungai Raya Kalbar

Baca juga: Jelang Pemungutan Suara, Bawaslu Kotabaru Imbau tak ada Aktivitas Kampanye di Masa Tenang

PJ Bupati Tala H Syamsir Rahman pun menyaksikan langsung pengukuran ulang tubuh balita sesaat setelah melakukan kick off Intervensi Serentak Penurunan Stunting pada 27 Mei 2024 lalu. 

"Alhamdulillah hasilnya sesuai harapan. Angka stunting di Tala berada pada kisaran angka enam persen," sebut Kepala Dinas Kesehatan Tala dr Hj Isna Farida.

Ia menerangkan sesuai hasil evaluasi, melonjaknya angka stunting yang dirilis pemerintah pusat tersebut dikarenakan SOP yang dilaksanakan oleh petugas di lapangan tidak sesuai standar dan bahkan ada yang terkesan asal-asalan.

Contohnya, pengukuran badan balita tidak menggunakan alat standar, namun malah menggunakan meteran. 

Posisi badan saat diukur tidak tegak lurus, bahkan ada anak yang sudah tak masuk lagi kategori balita namun masih masuk daftar. 

Isna menyebut dari 400-an sampel balita yang diukur oleh petugas survei, 85 di antaranya tidak akurat pengukurannya.

Hasil pengukuran ulang tersebut telah disampaikan ke pemerintah pusat. Namun kabarnya pemerintah tetap keukueh menggunakan angka yang telah dirilis.

Isna mengatakan upaya penanganan stunting juga terus dioptimalkan. Strategi yang dilakukan antara lain menambah kunjungan dokter spesialis ke fasilitas kesehatan. 

"Kalau sebelumnya hanya spesialis kandungan, sekarang bersama spesialis anak," jelasnya.

Kemudian memberikan program makanan tambahan kepada balita yang berpotensi stunting berupa makanan bergizi siap saji. 

Ini diberikan tiap hari selama 90 hari, diantarkan ke rumah sasaran oleh petugas/kader posyandu.

Terkait jumlah balita di Tala, Isna menyebutkan berdasar data hingga Juni 2024, tercatat sebanyak 27.674. Update data saat ini masih dalam proses. 

Jumlahnya pasti bertambah karena tiap bulan selalu ada tambahan ibu melahirkan. Tiap bulan angka kelahiran hingga seratus orang dan bahkan lebih.

(Banjarmasinpost.co.id/banyu langit/roynalendra nareswara)

 

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved