Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
Menangani Trauma Psikologis, Mahasiswa Profesi Ners ULM Angkatan 24 Mengadakan Penyuluhan “PELATRA”
Traumatic syndrome suatu sindrom trauma yang dimiliki seseorang dapat dilatarbelakangi oleh adanya kejadian fisik misalnya seperti kejadian kecelakaan
BANJARMASINPOST.CO.ID - Trauma secara psikologis diartikan sebagai sebuah peristiwa atau pengalaman yang menghancurkan rasa aman, rasa mampu dan harga diri, sehingga menimbulkan luka psikologis yang sulit disembuhkan sepenuhnya (Siregar, 2021).
Traumatic syndrome suatu sindrom trauma yang dimiliki seseorang dapat dilatarbelakangi oleh adanya kejadian fisik misalnya seperti kejadian kecelakaan, musibah bencana, mual, dan terjadinya kilas balik atau flashback, ataupun psikis misalnya seperti menangis, mimpi buruk, emosi, dan suka bermusuhan sehingga butuh diberikan promosi koping supaya bisa disembuhkan.
Sindrom traumatik dapat terjadi karena keintiman, intensitas, dan ketergantungan dari ikatan atau jalinan yang ada, kematian pasangan suami istri atau anak biasanya membawa dampak emosional yang luar biasa dan tidak dapat ditutupi.
Dampak psikologis yang dihasilkan akibat adanya trauma dapat berupa reaksi emosional seperti rasa cemas, takut terhadap banyak hal, rasa sedih, ketegangan, trauma, sampai dengan depresi.
Selain itu beberapa dampak psikologis yang dapat dialami individu yang mengalami trauma di antaranya; tidak pernah tenang, sulit melupakan bekas luka yang dialaminya, hidup menjadi tidak tenang, trauma, rasa sakit, cedera fisik, cacat fisik sulit untuk dihilangkan, hingga ketakutan, cenderung parno atau kurang menerima adanya hubungan baru.
Perlunya penanganan secara khusus pada individu yang memiliki trauma tertentu diharapkan dapat membantu mengurangi kecemasan atau rasa sedih berkepenjangan sehingga sindrom pasca trauma dapat ditangani dengan tujuan yaitu; dapat mengurangi perilaku kekerasan pada diri sendiri, dapat mengerti tentang keselamatan psikologis dan fisik, mampu menentukan tindakan untuk mengatur stresor yang membebani individu, mampu mengurangi atau mereduksi perasaan ketidakmampuan atau tanda yang menggerakan melalui kemampuan identifikasi sumber, serta mampu mengembangkan kemampuan mengungkapkan perasaan dengan orang lain.
Dalam rangka meningkatkan derajat kesehatan masyarakat untuk mengatasi trauma psikologis, mahasiswa profesi Ners angkatan 24 Universitas Lambung Mangkurat (Abdi Cahyadi Akbar, S.Kep, Fiki Rahmatul Ulya, S.Kep, Nadia Meilanda Intriani, S.Kep, Nurlina Syifawati, S.Kep, Radiyatul Huda, S.Kep, dan Rizka Ananda Ungang, S.Kep) melakukan asuhan keperawatan di lahan basah untuk melakukan upaya pencegahan dan penanganan trauma psikologis dengan melakukan proker PELATRA (Pendidikan dan Penanganan Trauma di Lahan Basah) tepatnya di Desa Sungai Kitano, Martapura Timur. Tercatat ada 14 peserta yang berpartisipasi dalam Program Kerja Profesi Ners tersebut.
Program ini diadakan pada hari Kamis, 21 November 2024 di Balai Desa Sungai Kitano yang dihadiri oleh Mutia Rahmah, S.Kep., Ns., M. Kep. selaku dosen pembimbing, Sri Rahmawati, S.Kep., Ns., M.Kep. selaku pembimbing lahan, dan Bdn. Lestari Gizaiyah, S. Keb. selaku Bidan Desa. Program ini juga difasilitasi oleh Puskesmas Martapura Timur dan bertujuan untuk mengedukasi masyarakat tentang pentingnya menyadari dan mencegah trauma psikologis.
Selain itu, juga bertujuan untuk mengatasi trauma psikologis dengan menggunakan terapi komplementer mandiri yang dapat dilakukan di rumah, yakni terapi menulis ekspresif. Edukasi dilakukan oleh Nadia Meilanda Intriani, S.Kep, Radiyatul Huda, S.Kep, dan Fiki Rahmatul Ulya, S.Kep kepada 14 peserta yang terlibat.
PELATRA merupakan program kerja yang tersusun dari beberapa rangkaian kegiatan. Kegiatan ini diawali dengan penyampaian materi terkait trauma psikologis, mulai dari definisi, dampak, tujuan penanganan, cara penanganan hingga penjelasan terkait terapi menulis ekspresif yang dapat digunakan untuk menurunkan tingkat stres karena trauma psikologis.
Menulis ekspresif merupakan salah satu metode yang dapat membantu mengurangi kecemasan. Melalui menulis, individu tidak perlu ragu atau khawatir disalahkan dalam mengungkap dan mengeksplor pikiran dan perasaan mereka. Selain itu individu secara berlahan menjadi mampu untuk lebih baik memahami dirinya sendiri dan membantu mengatasi depresi, distres atau kecemasan yang dialami.
Terapi menulis ekspresif juga mampu menurunkan tingkat trauma yang dialami seperti korban bencana, baik itu bencana alam maupun bencana yang diakibatkan oleh manusia, yang terkait dengan kehancuran serta kehilangan orang yang dicintai dan harta benda akan mempengaruhi kemampuan seseorang untuk bertahan. Bencana dapat menekan keyakinan emosional, kognitif, perilaku, fisiologis, maupun spiritual korban. Menulis ekspresif memberikan pengaruh pada penurunan stres, trauma pasca bencana (Ridfah, 2022).
Terapi ini dilakukan dalam empat tahap, yakni tahap recognition di mana peserta diminta membuka imajinasi (hal yang dirasakan selama tinggal di desa yang berdekatan dengan sungai), memusatkan perhatian, relaksasi serta menghilangkan ketakutan. Peserta kemudian diajak untuk menuliskan sesuatu yang muncul dalam pikirannya di atas selembar kertas menggunakan pulpen.
Tahap kedua adalah tahap examination yaitu tahap terapi. Peserta akan mengeksplor reaksi pikiran serta perasaan melalui tulisan tentang suatu peristiwa tertentu. Sesi pertemuan berkisar antara 3-5 sesi, dilakukan secara berurutan dengan durasi menulis 15-30 menit. Tahap ketiga disebut juxtaposition yaitu tahap refleksi, untuk memperoleh keadaan baru, perilaku, sikap, nilai serta pemahaman diri yang lebih baik.
Peserta diperbolehkan untuk mengeksplor kembali tulisannya dan mendiskusikan dengan orang lain atau kelompok. Tahap keempat yaitu tahap application to the self yang merupakan tahap terakhir proses terapi. Individu dimotivasi agar mengaplikasikan yang telah diperoleh dan dipelajari selama proses terapi ke kehidupannya sehari-hari.
Program kerja ini mendapat sambutan hangat dari warga setempat. Banyak warga yang antusias dan penasaran saat mengikuti kegiatan PELATRA ini. Kegiatan ini tidak hanya mengedukasi dan mengajarkan tentang penanganan trauma psikologis, tetapi juga memberi kesempatan bagi peserta penyuluhan untuk terbuka (sharing) agar tingkat stres akibat trauma dapat berkurang.
Diharapkan hal yang sudah diajarkan dapat diaplikasikan oleh masyarakat Desa Sungai Kitano sebagai terapi untuk mengurangi stres akibat trauma psikologis di desa tersebut.
| Tim Dosen PKM-CSR 2025 Nasional Kunjungi Kampung Jamu Loktabat, Pelajari Kearifan Lokal Banjarbaru |
|
|---|
| FKIK ULM Kukuhkan 96 Dokter dan Ners Baru, Momen Sumpah Profesi Terbanyak Sepanjang Sejarah Fakultas |
|
|---|
| FKIK ULM Laksanakan Bakti Sosial Melalui Pemeriksaan dan Edukasi Kesehatan di Desa Tiwingan Baru |
|
|---|
| Chitrakala: Momentum Dies Natalis ke-35 FKIK ULM Menyatu dalam Warna, Prestasi, dan Kebanggaan |
|
|---|
| Laksanakan PDWA di Sungai Jingah,PSKPS FKIK ULM Latih Pekerja Sasirangan Banjarmasin Menggunakan APD |
|
|---|

Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.