Berita Banjar

Oleh-oleh Peneliti Anggrek dari Desa Belangian Aranio, Temukan Jenis Hantu di Hutan Kahung

Ramadhan Jayusman, biologist dan peneliti muda di Kalsel, menemukan anggrek yang unik di desa Belangian yaitu anggrek hantu

Penulis: Nurholis Huda | Editor: Hari Widodo
Istimewa
Ramadhan Jayusman, biologist dan peneliti muda di Kalsel, menemukan anggrek yang unik di Hutan Kahung desa Belangian yaitu anggrek hantu atau nama ilmiahnya taeniophyllum sp. 

BANJARMASINPOST.COID - Letaknya di ujung Waduk Riam Kanan Kabupaten Banjar. Desa Belangian Kecamatan Aranio juga termasuk salah satu situs Geopark Meratus.

Hal ini karena Belangian merupakan pintu gerbang untuk menuju Hutan Gunung Kahung. Hutan ini dikenal memiliki keanekaragaman hayati. Salah satunya adalah flora keluarga orchidaceae atau anggrek.

Anggrek di desa ini beragam jenis. Dari ukuran paling besar di dunia hingga paling kecil.

Ramadhan Jayusman, biologist dan peneliti muda di Kalsel, menemukan anggrek yang unik di desa ini yaitu anggrek hantu atau nama ilmiahnya taeniophyllum sp.

Dinamakan anggrek hantu karena unik. Berbeda dari anggrek pada umum, hantu tidak punya batang dan daun, hanya akar dan dapat berbunga.

“Untuk taeniophyllum sp. sangat langka dan hanya dapat ditemukan di daerah tertentu. Salah satunya Belangian, “ kata Jayusman menceritakan oleh-oleh pengetahuan yang didapatnya dari Belangian, Senin (20/1).

Anggrek hantu juga sulit ditemukan karena ukurannya kecil. Bunganya juga kecil. Warnanya kuning.

Pada fase generatifnya, anggrek hantu akan berbunga. Uniknya, setelah masa berbunganya selesai, anggrek hantu akan layu dan akan digantikan oleh buah.

Selain menemukan anggrek hantu, Jayusman mendapati anggrek raksasa atau anggrek terbesar di dunia di Belangian. Namanya anggrek tebu atau grammatophyllum speciosum. Selain itu banyak lagi jenis anggrek yang didapatinya di hutan desa ini.

Jayusman berharap anggrek hantu dapat terjaga di habitat alaminya di Belangian. Hal ini karena banyak hutan di Kalimantan Selatan yang mengalami deforestasi.

“Kami ingin juga spesies ini tidak punah, karena hanya berjalan dari beberapa puluh meter dari dermaga Belagian kita dapat melihatnya secara langsung,” kata Jayusman.

Soal kolektor anggrek hantu di Kalsel, Jayusman mengaku belum mengetahui apakah ada kolektor anggrek yang mempunyainya. Namun Jayusman mengatakan perlunya masyarakat diedukasi mengenai pentingnya menjaga keragaman jenis anggrek di alam agar generasi mendatang dapat melihatnya secara langsung.

Menurut Jayusman, anggrek hantu tersebut jika dipindahkan untuk dirawat harus memperhatikan kondisi kelembaban dan cahaya yang mirip seperti pohon inangnya yang ada di Belangian.

Selain anggrek hantu, berdasarkan catatan BPost, di Hutan Kahung Belangian pernah didapati jamur langka, yakni Jamur Tudung Pengantin pada 2017. Jamur itu sempat diabadikan oleh Sri, peserta Borneo Adventure Lembah Kahung.

Bahkan, temuan itu sempat menggemparkan para pendaki dan memicu backpacker untuk kembali ke Kahung untuk menemukan dan mengabadikan jamur Tudung Pengantin yang sangat jarang ditemui. (Banjarmasinpost.co.id/Nurholis Huda)

 

 

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved