3. Long QT syndrom. Ini adalah kondisi peradangan jantung yang disebut miokarditis akut, di mana adanya gangguan irama jantung bawaan yang dapat menyebabkan detak jantung kacau.
Dentak jantung yang kacau disebabkan oleh adanya perubahan bagian di dalam jantung yang menyebabkan jantung berdetak dan membuat pingsan, bahkan mengancam jiwa.
Penyebab lainnya adalah radang otot jantung yang bisa disebabkan oleh virus dan penyakit lain.
Dalam beberapa kasus, irama jantung mungkin sangat tidak menentu sehingga menyebabkan kematian jantung mendadak. Orang-orang dengan long QT syndrome memiliki risiko kematian mendadak yang lebih tinggi.
Apa saja gejala yang menunjukkan bahwa seseorang berisiko mengalami kematian jantung mendadak?
Ada banyak kematian yang disebabkan oleh hal ini, terjadi tanpa peringatan, tapi ada beberapa gejala yang bisa diperhatikan:
- Pingsan tanpa sebab. Tiba-tiba pingsan tanpa sebab saat sedang melakukan aktivitas fisik, bisa menjadi tanda adanya masalah dengan jantung.
- Adanya riwayat keluarga kematian jantung mendadak. Tanda lain yang harus diperhatikan adalah jika ada anggota keluarga meninggal mendadak sebelum usia 50 tahun.
Ini memang bukan gejala fisik, tetapi penting diperhatikan. Akan lebih baik, jika Anda berkonsultasi pada dokter untuk melakukan skrining.
- Sesak napas atau nyeri dada juga bisa menjadi tanda bahwa Anda berisiko mengalami kematian jantung mendadak, tetapi bukan tidak mungkin ini merupakan gejala penyakit lainnya, seperti asthma.
Bisakah kematian jantung mendadak dicegah?
Ada kalanya ini bisa dicegah. Jika Anda termasuk berisiko tinggi mengalami kematian jantung mendadak, dokter Anda biasanya akan menyarankan Anda untuk menghindari olahraga yang bersifat kompetisi.
Selain itu, tergantung juga dari kondisi Anda, perawatan medis atau bahkan pembedahan bisa direkomendasikan oleh dokter untuk menurunkan risiko kematian mendadak.
Pilihan lainnya, bagi Anda yang menderita HCM bisa dilakukan pemasangan alat implantable cardioverter-defibrillator (ICD) untuk memonitor detak jantung.
Jika aritmia yang mengancam jiwa terjadi, secara otomatis alat akan memberikan sengatan listrik untuk mengembalikan detak jantung ke irama normal. (BANJARMASINPOST.co.id/rahmadhani)