BANJARMASINPOST.CO.ID, RANTAU - Cerita rakyat tentang kepahlawanan perempuan Banjar, bernama Ratu Zalekha ditampilan tujuh penari pelajar dari MAN 1 Tapin di ajang lomba Parade Tari Tapin Art Festival, Sabtu (3/8/2019).
Penata busana tari MAN 1 Tapin, Widya Cahyani mengaku cerita kepahlawan Ratu Zalekha dipilihnya karena sosok pejuanganya meliputi wilayah Kalsel, termasuk di wilayah Kabupaten Tapin.
Menurutnya, penampilan anak didiknya itu sebuah karya tari yang menggambarkan perjuangan seorang Ratu asal Muara Lawung bernama asli Gusti Zaleha dan biasa di sapa Ratu Zaleha.
Ratu Zaleha adalah putri dari Sultan Muhammad Seman bin Pangeran Antasari, yang gigih berjuang mengusir Belanda dalam perang Banjar, melanjutkan perjuangan Pangeran Antasari.
Hidup Ratu Zaleha kebanyakan di dalam hutan. Sebelum ayahnya meninggal dunia, Gusti Zaleha sempat diberi cincin kerajaan dari ayahnya.
Baca: Jemaah Haul Abah Anang Sesaki Kompleks Pangeran Antasari, Begini Suasananya
Sejak saat itu dia menggantikan ayahnya sebagai Sultan dan Pemimpin Perang Tertinggi kemudian diberi gelar Ratu Zaleha. Selama berperang Ratu Zaleha merasakan banyak sekali serangan. Tembakan, pembakaran dan perkelahian antar musuh dari Belanda untuk mempertahankan daerahnya.
Tapi ketegarannya sangat luar biasa tak ada kata menyerah dari perjuangannya walau lelah fisik dan pikirannya.
Ratu Zaleha dianggap macan wanita yang tidak mau tunduk kepada Belanda. Seperti pesan dari kakeknya, Pangeran Antasari. Bahwa perempuan suku Banjar harus berjiwa patriot dan bermental baja dengan semboyan "Waja Sampai Kaputing".
"Sekitar satu bulan mereka latihan di sekolah," kata guru bidang studi seni dan budaya di MAN 1 Tapin ini.
Sementara, penari pelajar SMKN 1 Takisung mempersembahkan tarian Batu Bajanggut. Legenda Batu Bajanggut itu dipilih karena kini menjadi satu obyek wisata alam di Pantai Takisung.
Baca: Akun Facebook Wali Kota Banjarmasin Ibnu Sina Dikloning, Pelaku Sempat Meminta Uang
"Kami ikut lomba parade tari ini kali pertama. Tahun lalu itu kami membuat kerajinan anyaman berbahan purun. Kami latihan menari tidak lama, karena sering ditampilkan di Tanahlaut," kata seorang penari asal Takisung.
Keberadaan Batu Bajanggut itu memang fakta. Batu itu muncul ke permukaan dipenuhi lumut. Jika pengunjung ingin melihat membayar uang perahu sebesar Rp 150 ribu diajak betkeliling melihat pesisir Takisung dan Batu Bajanggut.
Jikatkurang berhati-hati saat menaiki Batu Bajanggut bakal tergelincir masuk permukaan air laut Takisung.
Ketua Pelaksana Tapin Art Festival 2019, Novitasari dalam laporannya mengatakan peserta parade tari sebanyak 665 orang, yang terdiri dari 19 grup kategori pelajar dan 19 grup kategori umum yang berasal dari Kalimantan Selatan, Kalimantan Tengah, Kalimantan Timur dan Kalimantan Utara.
(Banjarmasinpost.co.id/ Mukhtar Wahid)