BANJARMASINPOST.CO.ID- Suku Dayak di Kalimantan sangatlah beragam, terdiri enam rumpun dengan 400 lebih sub suku yang tersebar di lima provinsi di Pulau Kalimantan. Secara pakaian tradisional, masing-masing ada kesamaan namun adapula perbedaan.
Di Pekan Budaya Daerah yang digelar di lapangan Murjani Banjarbaru, 9-17 September 2023, beberapa stan dari berbagaj kebudayaan Dayak bisa kita simak.
Salah satu stan adalah Perkumpulan Dayak Meratus Kalsel. Di sini tidak hanya ditampilkan pakaian adat Dayak Meratus tapi beberapa pakaian tradisional Dayak lainnya berikut aksesori, kerajinan tangan dan alat musik khas.
Tina yang juga akrab dipanggil ibu Dayank, Ketua Sanggar Meratus Lestari, memaparkan, salah satu kekhasan dari Dayak Meratus adalah tempat tinggal di pegunungan dengan alat transportasi airnya berupa rakit bambu.
Baca juga: Stand UMKM hingga Layanan Drive Thru Grand Launching MPP Hari di Tapin, Dimeriahkan 8 Instansi
Baca juga: Gala Premier Film WLCFBB Besok Direncanakan Diputar di Bioskop Banjarmasin, Mulai Siang Hingga Malam
"Makanya kami bikin rakit mini yang dipajang di stan ini untuk mengenalkan budaya masyarakat Dayak Meratus," ujarnya.
Kekhasan Dayak Meratus lainnya adalah keterampilan tangan membuat gelang berbahan akar jangang. Gelang simpai, demikian sebutannya, dijalin atau dianyam langsung ke lengan sehingga sesuai ukuran dan tidak bisa lagi dilepas.
Tergantung motif, model dan ukuran, pembuatan gelang simpai ini harganya bervariasi mulai Rp20-50 ribu dan cukup banyak penghujung mengulurkan lengan untuk dipasangkan gelang tradisional tersebut.
Tak ketinggalan juga dipajang di stan tersebut senjata mandau replika atau mandau hiasan yang biasa untuk pajangan atau properti tarian. Aslinya, mandau adalah senjata pusaka yang dibuat dari bahan pilihan dan diwariskan turun-temurun. Bahkan tidak boleh sembarangan mencabut mandau dari kumpang (sarung).
Kemudian ada baju kulit kayu model rompi. Baju ini adalah pakaian tradisional seluruh rumpun Dayak dan sub sukunya. Pengunjung boleh mengenakan untuk berfoto.
Juga ada tas anjat yang merupakan perlengkapan harian masyarakat Dayak jika bekerja ke ladang atau ke hutan. Tas anyaman rotan ini berbentuk bundar dan disandang di bahu.
Baca juga: KPU Kotabaru Rutin Pleno di Awal Bulan, Daftar Pemilih Tambahan Terus Diperbaharui
Selanjutnya topi atau ikat kepala khas Dayak yang disebut laung. Topi ini ada yang sederhana dan ada yang bermotif. Secara tradisional di atas topi dipasang pula aksesori berupa taring atau kuku binatang dan adapula topi yang dihiasi kepala burung tingang (enggang).
Aksesori yang juga khas adalah bulu unggas di ikat kepala atau laung. Bulu burung haruwai ini seperti motif burung merak, bulunya panjang dan indah.
Satu lagi adalah tameng. Ini adalah perisai yang digunakan untuk perlindungan diri saat terjadi kontak senjata dengan lawan. Tameng khas Dayak berbentuk panjang dengan meruncing di kedua sisinya.
(banjarmasinpost.co.id/salmah saurin)