BANJARMASINPOST.CO.ID, BARITO KUALA - Mahasiswa Politeknik Hasnur sebuah perguruan tinggi swasta di Kabupaten Barito Kuala, Kalimantan Selatan berhasil menciptakan inovasi yang bisa menjadi solusi di desa-desa dengan sinyal terbatas.
Inovasi yang diberi nama SIDARABAKULA (Sistem Informasi Digital dan Administrasi Rakyat Desa Barito Kuala) memastikan inovasi ini bukan sekadar proyek akademik, melainkan solusi nyata bagi masyarakat desa.
SIDARABAKULA hadir sebagai jawaban atas tiga tantangan utama di tingkat desa, yakni minimnya layanan administrasi digital, keterbatasan akses informasi secara transparan dan real time, serta kurangnya data statistik yang mendukung pengambilan kebijakan.
Keberhasilannya menciptakan SIDARABAKULA (Sistem Informasi Digital dan Administrasi Rakyat Desa Barito Kuala) ini tak lepas dari peran sentral dosen pembimbing mereka, M Fadli Ridhani, MKom.
Baca juga: Bangun Peta Virtual Kota Banjarmasin, Rayhan Buat Ikon Menara Pandang Hingga Hotel A di Roblox
Melalui pendekatan sistematis dan arahan langsung yang intensif, Fadli memastikan inovasi ini bukan sekadar proyek akademik, melainkan solusi nyata bagi masyarakat desa.
Dalam proses pengembangan, Fadli memberikan kontribusi menyeluruh, mulai dari perancangan sistem hingga masukan sosial yang kontekstual.
“Kami menyusun pendekatan sistematis berbasis kebutuhan lapangan, mengarahkan desain sistem agar mudah diadopsi oleh desa-desa, serta memberi masukan teknis maupun sosial agar sistem ini benar-benar bukan hanya solusi teknologi, tetapi juga solusi nyata yang kontekstual dengan kondisi desa,” ujar Fadli.
Dengan bimbingan yang terarah, mahasiswa berhasil menyederhanakan tampilan dan navigasi SIDARABAKULA agar ramah pengguna, termasuk bagi aparat desa yang tidak berlatar belakang teknologi informasi.
Sistem ini juga dirancang menggunakan teknologi ringan yang tetap optimal meski di daerah dengan koneksi internet terbatas.
“Kami menyederhanakan tampilan dan navigasi agar mudah digunakan, bahkan oleh aparat desa yang tidak berlatar belakang IT. Selain itu, kami menggunakan teknologi ringan yang dapat berjalan di koneksi internet yang terbatas,” jelas Fadli.
Tak hanya itu, pendekatan multi-tenant yang diterapkan dalam pengembangan SIDARABAKULA turut menekan biaya operasional, memungkinkan sistem ini digunakan oleh banyak desa tanpa perlu membangun platform terpisah.
“Pendekatan ini membuat biaya pengembangan dan operasional menjadi lebih efisien, karena tidak perlu membuat sistem terpisah untuk setiap desa,” pungkasnya.
Sebagai bentuk kontribusi awal, SIDARABAKULA saat ini belum membebankan biaya kepada desa.
Baca juga: Aplikasi Digitalisasi Pelayanan Kelurahan di Tapin Resmi Diluncurkan, Bisa Diakses dari Rumah
Domain dan server masih disediakan secara pribadi oleh tim pengembang, menunjukkan komitmen kuat untuk mempercepat digitalisasi desa tanpa hambatan anggaran.
“Saat ini, tidak ada biaya yang dibebankan kepada desa, karena domain dan server masih disediakan secara pribadi oleh tim pengembang. Hal ini dilakukan sebagai bentuk kontribusi dan inisiatif awal untuk mempercepat digitalisasi desa tanpa hambatan anggaran,” kata Fadli.
(Banjarmasinpost.co.id/Saiful Rahman)