BANJARMASINPOST.CO.ID, BANJARMASIN - Game daring Roblox belakangan ini menjadi sorotan usai adanya imbauan yang melarang anak-anak memainkannya.
Alasannya, Roblox dinilai mengandung unsur kekerasan, eksploitasi seksual, hingga diduga menjadi sarana predator anak mencari korban.
Kekhawatiran ini muncul karena mayoritas pemain Roblox adalah anak-anak usia belasan tahun. Banyak dari mereka yang tidak sepenuhnya paham bahwa di dalam game tersebut terselip konten dewasa yang dibuat oleh para pengguna atau modder secara bebas.
Menanggapi isu tersebut, Kanit PPA Satreskrim Polresta Banjarmasin, Ipda Partogi Hutahaean, menegaskan bahwa hingga saat ini pihaknya belum menerima laporan atau menangani kasus kekerasan terhadap anak yang berkaitan dengan game.
Baca juga: Lebih dari 200 Ribu Peserta BPJS Kesehatan Wilayah Banjarmasin Menunggak Iuran
Baca juga: Ciptakan Inovasi SIDARABAKULA, Mahasiswa Politeknik Hasnur Beri Solusi Desa-desa Susah Sinyal
“Nihil, belum ada kasus yang sampai dilaporkan karena game sejauh ini,” ujar Partogi, Rabu (7/8/2025).
Sementara itu, seorang pemain aktif Roblox asal Handil Bakti, Ridho Wahyudi (27), yang sesekali juga membuat konten bermain Roblox bersama istrinya, mengaku cukup memahami risiko dari game yang sekilas tampak ramah anak ini.
“Roblox itu bukan sekadar game tunggal, tapi platform game, kayak Steam atau Epic. Di dalamnya ada ratusan bahkan ribuan game bikinan pengguna, dan gak semuanya ramah anak,” jelas Ridho.
Menurutnya, di balik tampilan grafis game yang berwarna dan karakter lucunya, Roblox menyimpan potensi bahaya tersendiri. Ia menyebut ada map atau dunia virtual di Roblox yang berisi konten dewasa, seperti clubing, roleplay pacaran, hingga aktivitas 18+, yang bisa diakses bebas tanpa filter ketat.
“Siapa pun bisa bikin map sendiri, termasuk map yang nyeleneh. Karena ada peluang cuan dari situ, mereka bikin map yang bisa memancing pemain, termasuk anak-anak,” jelas Ridho.
Ia menjelaskan, modder di Roblox bisa meraup keuntungan dari fitur berbayar yang dipasang di map mereka. Hal inilah yang menurutnya membuat pengembang tidak selalu memikirkan kesesuaian umur pemain.
Ridho menyambut baik imbauan pelarangan bermain Roblox bagi anak-anak. Menurutnya, yang paling penting saat ini adalah pengawasan orang tua terhadap aktivitas digital anak.
“Saya setuju dengan larangan itu, karena faktanya banyak anak-anak yang main Roblox tanpa didampingi. Tapi orang tua juga jangan langsung nyetop, lebih baik dikontrol jam mainnya, dilihat dulu mereka main apa,” sarannya.
(Banjarmasinpost.co.id/rifki soelaiman)