DPPKBPM Banjarmasin

Berencana Talk: Masih Banyak Mitos Soal KB, Bidan di Banjarmasin Jadi Garda Terdepan Edukasi Warga

Pelaksanaan program KB di lapangan masih dihadapkan dengan tantangan klasik, mitos dan miskonsepsi seputar alat kontrasepsi

Penulis: Rifki Soelaiman | Editor: Hari Widodo
Banjarmasinpost.co.id/Dok
Masih banyak mitos soal KB, Bidan di Banjarmasin Jadi Garda Terdepan untuk edukasi warga 

BANJARMASINPOST.CO.ID, BANJARMASIN - Meski program Keluarga Berencana (KB) di Kota Banjarmasin kini berfokus pada perencanaan keluarga yang sehat dan sejahtera, pelaksanaannya di lapangan masih dihadapkan dengan tantangan klasik, mitos dan miskonsepsi seputar alat kontrasepsi.

Perubahan paradigma program KB ini membuat tenaga kesehatan, terutama para bidan, memegang peran penting bukan hanya sebagai pelaksana medis, tetapi juga sebagai edukator bagi masyarakat.

“Kadang ada calon akseptor yang batal karena mendengar mitos, misalnya implan bisa menjalar ke aliran darah atau terbawa ke bagian tubuh lain. Padahal semua alat kontrasepsi aman digunakan, asalkan disesuaikan dengan kondisi tubuh,” ujar Ariati, Bidan Ahli Madya dalam program Berencana Talk.

Menurut Ariati, kendala paling sering terjadi saat proses skrining awal calon akseptor. Banyak yang belum memahami cara kerja kontrasepsi, hingga akhirnya tidak bisa dilayani karena kondisi kesehatannya belum sesuai.

“Makanya kami selalu menjelaskan secara detail agar mereka paham dan tidak kaget kalau nanti ada efek samping ringan. Edukasi itu penting, karena masih banyak yang belum tahu,” tambahnya.

Sementara itu, Kabid Keluarga Berencana Dinas Pengendalian Penduduk, Keluarga Berencana, dan Pemberdayaan Masyarakat (DPPKBPM) Banjarmasin, Bandiyah Marifah, menjelaskan bahwa orientasi program KB saat ini telah berubah. Bukan lagi membatasi angka kelahiran, melainkan menekankan kesiapan pasangan dalam merencanakan keluarga.

“Kalau dulu slogannya dua anak cukup, sekarang dua anak lebih baik. Artinya bukan hanya jumlahnya, tapi bagaimana kualitas tumbuh kembang anak juga diperhatikan,” ujar Bandiyah.

Ia juga menekankan pentingnya konseling bagi pasangan usia subur sebelum memilih alat kontrasepsi. Hal ini, katanya, untuk memastikan kesesuaian alat dengan kondisi fisik maupun rencana jangka panjang keluarga.

“Yang penting mereka sudah siap menikah dan usianya ideal, yaitu di atas 20 tahun. Di usia itu secara medis sudah aman untuk menggunakan kontrasepsi,” jelasnya.

Bagi pasangan yang menunda momongan, Bandiyah menegaskan bahwa alat kontrasepsi tidak akan menghambat kesuburan di masa depan. Asalkan, penggunaan dilakukan berdasarkan hasil pemeriksaan kesehatan dan anjuran tenaga medis.

“Semua kontrasepsi sebenarnya cepat recovery-nya. Kalau dilakukan dengan konseling yang tepat, kesuburan bisa pulih dengan baik,” ujarnya.

Kini, DPPKBPM Banjarmasin juga memperluas layanan melalui program Banjarmasin Maju Sejahtera (Bamara) dengan mobil pelayanan keliling. Di dalamnya tersedia berbagai layanan mulai dari pil, suntik, implan, hingga IUD yang dilakukan tenaga medis bersertifikat.

Dengan pendekatan baru ini, diharapkan program KB bukan hanya menekan laju kelahiran, tetapi juga melahirkan keluarga yang lebih siap, sehat, dan berkualitas.

(Banjarmasinpost.co.id/rifki soelaiman)

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved