Film

Mengenal Pirunduk, Urban Legend Banjar yang Diangkat ke Layar Lebar

Pirunduk, mantra hitam yang dipercaya mampu menundukkan orang lain melalui makanan yang disajikan.

Penulis: Muhammad Syaiful Riki | Editor: Hari Widodo
Banjarmasinpost.co.id/Muhammad Syaiful Riki
Produser film Pirunduk, Budi Ismanto saat menjelaskan progres penggarapan di Banjarmasin, Kamis (30/10/2025). 

BANJARMASINPOST.CO.ID, BANJARMASIN – Konon, di tepian Sungai Barito pada masa lampau, pernah hidup seorang perempuan yang hatinya hancur karena suaminya menikah lagi.

Dalam keputusasaannya, ia mencari jalan pintas dengan mempelajari ajian terlarang bernama Pirunduk, mantra hitam yang dipercaya mampu menundukkan orang lain melalui makanan yang disajikan.

Namun, siapa pun yang berani mengamalkan ajian ini diyakini akan menanggung kutukan seumur hidup, bahkan setelah mati.

Tubuhnya boleh saja membusuk, tapi arwahnya dipercaya tetap gentayangan sebagai hantu sandah, roh penasaran yang terus mencari orang-orang yang pernah dikenalnya.

Baca juga: Pulasit Horor Lokal Garapan DMJ Project HSS Lolos Kurasi Banua Film Fund 2025, Segera Tayang 

Legenda kelam itu diwariskan turun-temurun oleh masyarakat Banjar di tepian sungai.

Ia bukan hanya kisah mistis, tapi juga peringatan agar manusia tidak bermain-main dengan kekuatan gain dan hawa nafsu.

Kini, kisah yang dulu hanya beredar dari mulut ke mulut itu akan kembali hidup lewat layar lebar.

Rumah produksi Bima Sakti Pictures baru saja merampungkan proses syuting film horor berjudul “Pirunduk”, yang ditargetkan tayang pada akhir 2025.

Film ini menjadi karya putra daerah Kalimantan Selatan yang mengangkat legenda lokal Banjar ke panggung nasional.

“Ini film tentang kita, oleh kita,” ujar produser sekaligus penulis naskah Pirunduk, Budi Ismanto.

Menurutnya, lebih dari 70 persen kru dan pameran pendukung berasal dari Kalsel. Bahkan, sekitar 60 persen dialog film menggunakan bahasa Banjar.

“Bucek Depp dan Aulia Sarah ikut belajar bahasa Banjar. Mereka luar biasa cepat beradaptasi,” tambah Budi.

Selain dua aktor kawakan tersebut, film ini juga dibintangi oleh Yuriko Angeline, sejumlah aktor lokal, hingga Bupati Barito Kuala (Batola) Bahrul Ilmi.

Proses syuting berlangsung selama 24 hari, dengan lokasi di Desa Tatah Masjid, Kecamatan Alalak Batola, serta beberapa wilayah di Kabupaten Banjar dan Kota Banjarmasin.

Seluruh latar dihadirkan dengan nuansa tahun 1980-an, masa ketika legenda Pirunduk dipercaya pernah benar-benar terjadi.

“Cuaca menjadi kendala terbesar. Hujan kerap datang tiba-tiba, membuat jadwal molor,” ungkap Budi.

Saat ini, film Pirunduk memasuki tahap pascaproduksi di Jakarta dan Yogyakarta.

Proses ini difokuskan pada pengharapan efek visual (CGI) agar nuansa mistisnya terasa kuat dan realistis.

“Target kami, akhir November pascaproduksi selesai. Dan film ini segera tayang di seluruh bioskop Indonesia,” jelasnya.

Meski dibungkus dalam genre horor, Pirunduk sejatinya tidak hanya menawarkan ketegangan.

Film ini juga menelusuri akar budaya Banjar melalui tradisi tutur yang masih lestari hingga kini, seperti pantun, madihin, lamut, hingga mantra.

Baca juga: Diteror Ibu Pakai Film Siksa Kubur, Anya Geraldine Kerap Kena Protes Imbas Pakaian Seksi dan Terbuka

Salah satu di antaranya adalah mantra pirunduk, ajian lama yang dipercaya dapat menundukkan orang lain.

Berdasarkan literatur lokal, ajian ini dahulu digunakan sebagian perempuan yang ingin merebut hati seseorang atau melampiaskan saki hati terhadap suaminya. Namun, ajian itu juga diyakini membawa malapetaka bagi pengamalnya.

“Cerita ini bukan cuma soal mistis, tapi tentang manusia dan sisi gelap dari rasa dendam. Kami ingin menampilkan horor yang punya akar budaya dan nilai moral,” tutur Budi.

(Banjarmasinpost.co.id/Muhammad Syaiful Riki)

 

 

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved