Berita Balangan

Mengulik Buku sang Pejuang dari Balangan, Awang Nasir Sembilan Bulan Bergerilya di Hutan

Linda Haryati mengabadikan kisah sang ayah, yang merupakan sosok pahlawan lewat buku “SANG PEJUANG BALANGAN”

Penulis: Isti Rohayanti | Editor: Hari Widodo
Istimewa
BUKU LETTU AWANG - Penulis buku Sang Pejuang Balangan, Linda Haryati, saat launching buku tentang ayahnya sang pejuang Balangan, Lettu Awang Nasir. 

BANJARMASINPOST.CO.ID- Melalui sebuah buku bercover kuning dengan judul “SANG PEJUANG BALANGAN” serta subjudul “Biografi Lettu H Awang Nasir”, Linda Haryati mengabadikan kisah sang ayah, yang merupakan sosok pahlawan di Kabupaten Balangan.

Buku dengan sketsa seorang tentara berpangkat letnan satu dan berisi 126 halaman tersebut dibuat Linda berdasarkan cerita sang ayah. Ini dilakukannya agar menjadi kenangan bagi keluarga.

Tak hanya di buku biografi tersebut, nama Lettu Awang Nasir juga tertera pada batu nisan yang tertanam di pusaranya, yakni di Taman Makam Pahlawan Desa Teluk Bayur, Kecamatan Juai, Kabupaten Balangan.

Setiap Peringatan Hari Pahlawan, keluarga Linda selalu diundang oleh Pemkab Balangan untuk datang pada acara tabur bunga di taman makam pahlawan tersebut. Sering hadir kakak pertama Linda.

“Kami sering diundang oleh Pemkab Balangan pada acara tabur bunga, setiap tanggal 10 November dan 17 Agustus. Dulu sebelum perpindahan makam abah, kami selenggarakan di Lampihong,” ujar Linda, Minggu (9/11/2025).

Baca juga: Momen Hari Pahlawan 2025, Sejumlah Anak Yatim Ziarahi Taman Makam Pahlawan Balangan

Makam Lettu Awang Nasir sebelumnya di Kecamatan Lampihong, kemudian pada tahun 2019 dipindahkan ke Taman Makam Pahlawan Teluk Bayur, yang dikelola Dinas Sosial Balangan. Makamnya berdampingan makam pahlawan kemerdekaan Aseri.

Linda kini tinggal di Samarinda, Kalimantan Timur. Anak-anak Lettu Awang yang lain pun menyebar di berbagai wilayah. Ada yang di Tanggerang Selatan, di Lampung dan Kalimantan tentunya.

Kembali mengenang perjuangan ayahnya, Linda menceritakan banyak penghargaan dan beragam benda peninggalan Lettu Awang Nasir yang ia publikasikan di dalam buku “SANG PEJUANG BALANGAN” .

Awang Nasir lahir di Malaysia pada 10 Desember 1925. Ia menikah pada 1948 dengan perempuan bernama Masrah. Awang pun melewati masa-masa perlawanan terhadap tentara Belanda. Ia bergerilya hingga Soekarno dan Mohammad Hatta mendeklarasikan Kemerdekaan Indonesia pada 17 Agustus 1945.

Di masa perjuangan, ungkap Linda, orangtuanya tidak pernah menetap di satu tempat. Ayahnya berpindah dari hutan ke hutan selama sembilan bulan bermodal bambu runcing dan senjata perang.

Awang mendedikasikan diri sebagai prajurit Angkatan Bersenjata Republik Indonesia (ABRI) sampai akhir hayatnya pada 3 Februari 1980.

Sempat mengecap pelatihan sebagai tentara Haiho Jepang,  Awang Nasir terus berjuang keluar masuk hutan Kalimantan Selatan, khususnya daerah hutan di Kabupaten Hulu Sungai Tengah dan Balangan.

Awang Nasir pun bergabung dengan Tentara Keamanan Rakyat (TKR), yang kemudian menjadi ABRI. Setelah proklamasi kemerdekaan, Awang Nasir ditugaskan di Kecamatan Lampihong dan Paringin hingga tutup usia,

Kisah Lettu Awang Nasir yang diabadikan dalam buku, diharapkan Linda dapat memberikan inspirasi untuk banyak orang. Apalagi Linda juga menyematkan pesan atau quote keluarganya dengan narasi “Sabar itu Penghulu dari Segala Iman”.

Baca juga: Semangat Hari Pahlawan, Dorong Generasi Muda Balangan Wujudkan Indonesia Emas 2045

Linda juga selalu ingat prinsip sang ayah yang disampaikan oleh ibunya agar selalu mengutamakan pendidikan anak. Walaupun memiliki banyak anak, Lettu Awang Nasir selaku mengutamakan pendidikan mereka.

Agar generasi muda lebih nyaman mengenang para pahlawan, Linda berharap adanya fasilitas istirahat atau gazebo di taman makam pahlawan tersebut. (Banjarmasinpost.co.id/isti rohayanti)

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved