Peredaran Rokok Ilegal
Rokok Ilegal Marak Beredar, Dosen FEB UIN Antasari Banjarmasin Ungkap Pemicunya
Dosen FEB Universitas Antasari Banjarmasin, Yusuf Ansyari SE ME turut menyoroti maraknya penjualan rokok ilegal di Kalsel
Penulis: Rifki Soelaiman | Editor: Hari Widodo
BANJARMASINPOST.CO.ID- Dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Antasasi Banjarmasin, Yusuf Ansyari SE ME turut menyoroti maraknya penjualan rokok ilegal di Kalimantan Selatan. Permintaan rokok ilegal yang tinggi terjadi di tengah daya beli yang cenderung turun.
Penyuka merokok tak peduli meskipun pemerintah berulang kali mengingatkan tentang bahayanya bagi kesehatan.
Kehadiran rokok legal yang terus mengalami kenaikan harga akibat kenaikan tarif cukai yang ditetapkan oleh Pemerintah tidak sebanding dengan pendapatan masyarakat yang cenderung stagnan.
"Masyarakat pun memilih rokok ilegal dengan harga yang lebih murah,"ujar Yusuf.
Baca juga: Rokok Ilegal Banyak Beredar di Warung di Banjarmasin, Produk Amerika Lebih Murah dari Lokal
Menurutnya, pelaku pasar pun lebih memilih menjual rokok ilegal jika dibandingkan dengan rokok legal, karena tingginya permintaan.
Pedagang jadi serba salah. Sebenarnya, mereka ingin menaati hukum, namun desakan ekonomi dan permintaan pasar sulit untuk ditolak.
Sebenarnya, pengenaan tarif cukai untuk menekan jumlah rokok yang semakin meningkat serta meningkatkan penerimaan negara.
Alih-alih perokok aktif berkurang, hal itu justru membuat sebagian konsumen beralih ke rokok murah atau ilegal. Peredaran rokok ilegal jelas merugikan negara dari sisi fiskal.
Persoalan rokok ilegal jangan dianggap remeh. Persoalan ini bukan hanya diselesaikan dari sisi hukum semata, namun perlu kita lihat kondisi dan solusi serta akar persoalan.
Pemerintah perlu meninjau ulang kebijakan cukai agar tidak terlalu membebani produsen.
Misalnya pemerintah dapat memberikan insentif atau subsidi bagi pelaku produsen rokok legal untuk dapat bersaing. Namun tetap penting, dengan edukasi dan sosialisasi terus menerus kepada masyarakat tentang bahaya rokok bagi kesehatan.
Baca juga: Pengeluaran Warga Banjar Untuk Rokok per Bulan Capai Rp70.647, Lebih Tinggi dari Kebutuhan Ini
Yang paling penting, pemerintah harus tetap menjaga keseimbangan dengan menjaga penerimaan negara dari cukai tanpa harus memberatkan rakyat kecil dan usaha mikro.
Pemerintah harus melakukan dialog interaktif dan adaptif tentang permasalahan rokok ilegal yang semakin tinggi. Selain itu bagaimana agar dapat membuka jalan ekonomi rakyat sehingga makin sejahtera, adil dan makmur. (Banjarmasinpost.co.id/Rifki Soelaiman)

Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.