Berita Banjar

Pengeluaran Warga Banjar Untuk Rokok per Bulan Capai Rp70.647, Lebih Tinggi dari Kebutuhan Ini

BPS Banjar sebut rata-rata pengeluaran masyarakat untuk tembakau atau rokok mencapai Rp. 70.647 per kapita per bulan

Penulis: Nurholis Huda | Editor: Irfani Rahman
BPS Banjar
BPS BANJAR- Kegiatan rapat di BPS Kabupaten Banjar, disebut Pengeluaran Warga Banjar Untuk Rokok per Bulan Capai Rp70.647, 

BANJARMASINPOST,CO.ID,MARTAPURA - Data Badan Pusat Statistik (BPS) di Kabupaten Banjar menunjukkan, rata-rata pengeluaran masyarakat untuk tembakau atau rokok mencapai Rp. 70.647 per kapita per bulan. 

Angka atau nilai tersebut hanya terpaut di bawah beras sebagai kebutuhan pokok utama yang mencapai Rp.101.536 per kapita.

Artinya, rokok masih menjadi salah satu komponen pengeluaran terbesar rumah tangga di Kabupaten Banjar. 

"Sebagian besar pengeluaran rumah tangga di daerah ini masih terkonsentrasi pada kebutuhan pangan dan produk tembakau. Konsumsi itu masih banyak terserap untuk kebutuhan dasar, termasuk rokok. Fenomena ini juga terlihat di berbagai daerah lain," jelas Plt Kepala BPS Banjar, Eddy Erwan, Rabi (5/10/202

Bahkan, dari data yang dia miliki, pengeluaran untuk rokok masih lebih tinggi dibanding sejumlah kebutuhan penting lain, seperti ikan-ikanan yang rata-rata sebesar Rp66.649 per kapita per bulan.

Baca juga: Kebakaran di Pangeran Banjarmasin Hanguskan 4 Rumah, Api Diduga Berasal dari Rumah Pengidap ODGJ 

Baca juga: Lowongan Kerja PT Indofood, Terbuka Untuk Banyak Posisi, Lulusan SMA, SMK hingga S1 Bisa Daftar

Eddy mengatakan, tingginya pengeluaran untuk rokok bukan hanya berdampak pada aspek kesehatan, tetapi juga terhadap kondisi ekonomi keluarga, terutama di kelompok masyarakat berpenghasilan rendah.

“Jika sebagian besar pendapatan rumah tangga habis untuk rokok, otomatis ruang bagi pengeluaran produktif menjadi semakin kecil. Ini bisa menghambat peningkatan kesejahteraan,” jelasnya.

Berdasarkan Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) 2024, kebiasaan merokok masih cukup tinggi di berbagai lapisan ekonomi. Pada kelompok pengeluaran 40 persen terbawah, tercatat 18,57 % penduduk usia 15 tahun ke atas masih merokok. Sementara pada kelompok menengah angkanya naik menjadi 23,97 % , dan di kelompok pengeluaran teratas mencapai 25,48 % .

Kondisi ini menunjukkan bahwa konsumsi rokok tidak hanya menjadi kebiasaan di kalangan berpenghasilan tinggi, tetapi juga menyebar di kelompok masyarakat miskin.

“Bahkan pada keluarga dengan pendapatan rendah, proporsi pengeluaran untuk rokok sering kali justru lebih besar dibandingkan untuk kebutuhan gizi anak atau pendidikan,” ujar Eddy.

Ia menyebutkan, meski pemerintah telah menyalurkan berbagai bantuan sosial dan subsidi untuk mendorong peningkatan kesejahteraan, dampaknya sering kali tertahan karena pola konsumsi yang belum berubah.

“Selama alokasi untuk rokok tetap besar, manfaat bantuan pemerintah tidak akan maksimal,” Eddy. 

Salah satu Perokok, Syarif mengaku baru tau juga kalau rokok jadi pembelajaran rumah tangga yang cukup banyak. 

"Namun tak baik juga sih. Tapi mestinya itu bagi hasilnya dari cukai rokok untuk Kabupaten Banjar banyak juga donk," cetusnya.

(Banjarmasin Post/Nurholis Huda)

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved