Revitalisasi Sungai Veteran
Revitalisasi Sungai Veteran Banjarmasin, Pengamat Tata Kota ULM Ungkap Hal Ini
Ini kata Pengamat tata tota dari Universitas Lambung Mangkurat (ULM), Dr Eng Akbar Rahman ST MT, mengenai revitalisasi Sungai Veteran
Penulis: Muhammad Syaiful Riki | Editor: Irfani Rahman
BANJARMASINPOST.CO.ID, BANJARMASIN - Saat ini Revitalisasi Sungai Veteran Banjarmasin tengah berlangsung. Pengamat tata tota dari Universitas Lambung Mangkurat (ULM), Dr Eng Akbar Rahman ST MT, menilai kota ini berada pada titik yang tidak lagi memberi ruang untuk menunda pembenahan sungai.
“Namun percepatan proyek tidak boleh mengaburkan orientasi utama, yakni sungai sebagai pusat struktur kota,” tegasnya, Minggu (16/11).
Dia menjelaskan revitalisasi sungai di Banjarmasin sudah berada pada level mendesak. Kapasitas alami sungai terus menurun, ditandai dengan pendangkalan, penyempitan bahkan hilangnya banyak anak sungai. Hal tersebut berakibat pada genangan yang semakin mudah terbentuk, terutama pada musim hujan yang bersinggungan dengan pasang sungai.
“Banjarmasin bukan kota yang lahir dari jalan. Ia tumbuh dari alur sungai. Karena itu kerusakan kapasitas sungai tidak bisa dihadapi dengan langkah lambat,” ujarnya.
Akbar memperingatkan menunda revitalisasi berarti memperbesar biaya penanganan banjir dan memperkecil peluang pemulihan.
Meski arah kebijakan revitalisasi seperti normalisasi, pelebaran, pengerukan, dan rehabilitasi koridor sungai sudah berjalan, Akbar menekankan implementasinya harus lebih presisi.
Ia mengingatkan Banjarmasin memiliki karakter hidrologis yang unik, yakni elevasi tanah rendah atau bahkan berada di bawah permukaan air laut, aliran air lambat dan sangat dipengaruhi pasang surut. “Dalam kondisi hidrologi seperti itu, desain revitalisasi tidak bisa hanya mengandalkan pelebaran atau turap beton. Fungsi hidraulik harus dijadikan pusat pertimbangan,” katanya.
Ia menegaskan transparansi desain, partisipasi masyarakat, serta kesinambungan tata ruang di sepanjang koridor sungai adalah elemen penting untuk memastikan proyek tidak menimbulkan masalah sosial maupun teknis.
Salah satu sorotan yang mencuat dari masyarakat adalah kecenderungan desain revitalisasi lebih mengutamakan pembangunan jalan daripada pemulihan sungai.
Beberapa rancangan disebut lebih menonjolkan pelebaran jalan, peningkatan kualitas jalur darat, atau pembangunan turap, sementara aspek ekologis dan ruang air tidak tampak menonjol.
“Banyak warga merasa logika pembangunan kota darat masih mendominasi. Jalan diperbaiki dulu, sungai mengikuti belakangan. Ini sangat berbahaya untuk kota yang hidup dari sungai seperti Banjarmasin,” kata Akbar.
Mengenai kemungkinan mengembalikan anak-anak sungai seperti masa lalu yang dapat dilintasi kapal, Akbar menilai hal itu memerlukan biaya besar dan menghadapi kepadatan permukiman yang telah lama menempati bantaran sungai.
“Tidak semua harus kembali seperti masa lalu. Yang terpenting adalah memulihkan fungsi hidrologis, ekologis, dan konektivitas air antarsungai. Itu lebih sesuai kebutuhan kota saat ini,” ungkapnya.
Ia menjabarkan tiga pendekatan, yakni menjadikan sungai sebagai ruang hidup, bukan hanya saluran air. Kemudian memprioritaskan solusi berbasis alam dibanding betonisasi. Selanjutnya memastikan dokumentasi, peta, desain, dan agenda revitalisasi dibuka kepada publik sehingga masyarakat dan komunitas sungai dapat terlibat secara aktif.
Ia menegaskan bahwa pemulihan masih sangat mungkin dilakukan karena jaringan sungai Banjarmasin masih bertahan, meski terfragmentasi.
:quality(30):format(webp):focal(0.5x0.5:0.5x0.5)/banjarmasin/foto/bank/originals/Dr-Eng-Akbar-Rahman-ST-MT-Pengamat-Tata-Kota-dari-ULM2.jpg)
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.