Tajuk

Sampah Tanpa TPA

Kembali persoalan sampah di Tempat Pembuangan Sampah (TPS) di Kota Banjarmasin jadi sorotan, ini kata Wali Kota Banjarmasin

Editor: Irfani Rahman
Banjarmasinpost.co.id/Muhammad Rahmadi
TPS LIAR- Kondisi sampah di TPS Liar Pasar Kuripan, meluber hingga ke badan Jalan Veteran,Banjarmasin Senin (6/10/2025).Saat ini soal sampah di TPS liar di Jalan Veteran jadi sorotan 

BANJARMASINPOST.CO.ID- PERSOALAN sampah di Banjarmasin, Kalimantan Selatan (Kalsel) kembali jadi sorotan. Ini setelah Tempat Pembuangan Sampah (TPS) liar di Jalan Veteran Pasar Kuripan terekam pemandangan sampah yang meluber sampai ke badan jalan.

Padahal, Wali Kota Banjarmasin, M Yamin menjadikan penanganan sampah sebagai komitmennya ketika menjabat. Namun, Yamin mengakui masalah sampah di Kota Banjarmasin belum sepenuhnya selesai, karena masih ada perbaikan yang harus dilakukan. Terutama selama TPA Basirih dalam proses transisi dari sistem open dumping menuju sanitary landfill, di samping terus berupaya melakukan pengolahan limbah.

Terkait masalah ini, Kepala Bidang Kebersihan dan Pengelolaan Sampah (Dinas Lingkungan Hidup) DLH Banjarmasin, Marzuki mengakui sampah yang menumpuk tak bisa diangkut lantaran Tepat Pemrosesan Akhir Sampah dan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (TPASLB3) Regional Barjarbakula Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Provinsi Kalsel di Banjarbaru, sedang menjalani penilaian Adipura.

Penilaian dilakukan langsung oleh Kementerian Lingkungan Hidup atau Badan Pengendalian Lingkungan Hidup RI. Berkaitan hal itu pula, ujar Marzuki, TPASLB3 Regional Barjarbakula sejak tanggal 1 Oktober lalu tidak lagi menerima pelayanan penerimaan sampah sampai Minggu.

Sebenarnya, masalah tak adanya TPA ini sempat disoroti pengamat persampahan, Hamdi Amak. Tantangan besar Banjarmasin dalam pengelolaan sampah di Banjarmasin adalah penutupan TPA Basirih. Padahal, Banjarmasin menghasilkan sekitar 500 ton sampah per hari.

Selain strategi pengurangan sampah dari sumbernya, perhatian pemerintah juga harus difokuskan pada solusi jangka panjang, termasuk dukungan untuk komunitas pengelola sampah yang sudah berperan aktif. Jangan sampai pengelolaan sampah bergantung pada keberadaan TPA.

Nah, beberapa waktu lalu, dikenalkan teknologi pemusnah sampah bernama Autothermix, yang kini sudah digunakan di Serang (Banten) dan Bandung (Jawa Barat). Teknologi ini diklaim mampu mengeliminasi kebutuhan akan TPA dengan cara membakar sampah di titik-titik penghasil, seperti kawasan permukiman, tanpa menimbulkan pencemaran.

Menariknya, Autothermix tidak menggunakan bahan bakar fosil, tidak menghasilkan limbah B3, dan mampu mencapai suhu pembakaran di atas 1.000 derajat Celsius secara mandiri. Mesin ini juga berkontribusi terhadap penurunan emisi karbon dan memungkinkan penggunanya memperoleh kredit karbon.

Berbeda dari fasilitas TPA yang memerlukan lahan luas dan biaya tinggi, Autothermix hanya memerlukan lahan sekitar 300 meter persegi untuk dua unit mesin. Kapasitas operasionalnya mencapai 5–10 ton sampah per hari dan beroperasi secara nonstop. Teknologi ini ideal bagi wilayah perkotaan yang tidak punya lahan cukup untuk TPA.

Dengan teknologi ini, pengelolaan sampah dapat didesentralisasi ke tingkat lingkungan atau kecamatan, mengurangi beban TPA, dan pada akhirnya menghilangkan kebutuhan akan sistem penimbunan konvensional. Pemerintah daerah pun dinilai dapat lebih efisien dalam mengatur kebijakan pengelolaan sampah. (*)

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

Berita Populer

Desentralisasi MBG

 

Jaga Stabilitas Harga Beras

 

Ilmu, Uang dan Gelar

 
© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved