Berita Viral

Bakar Mobil dan Jasad Selingkuhan, Suami Turuti Siasat Istri demi Hilangkan Jejak Pembunuhan Sadis

Pembunuhan sadis terjadi yang terungkap usai penemuan mobil dan jasad yang terbakar di Desa Lesong Daja, Kecamatan Batumarmar, Pamekasan, Jawa Timur.

Editor: Murhan
Tribun Jatim Network/Hanggara Syahputra
TERSANGKA - Polisi berhasil mengungkap misteri jasad pria terbakar hingga hangus di Desa Lesong Daya, Kecamatan Tamberuh, Kabupaten Pamekasan, Madura, Jumat (7/11/2025). Ternyata aksi sadis itu dilakukan oleh pasangan suami istri (pasutri). Yakni pria berinisal N (36), asal Kecamatan Sokobanah, Kabupaten Sampang. Kemudian, istri dari N berinisial SA (30). 

BANJARMASINPOST.CO.ID -  Pembunuhan sadis terjadi yang terungkap usai penemuan mobil dan jasad yang terbakar di Desa Lesong Daja, Kecamatan Batumarmar, Kabupaten Pamekasan, Jawa Timur, pada Kamis (6/11/2025) malam.

Ternyata, jasad dalam kondisi terbakar itu ditemukan tak jauh dari mobil Daihatsu Sigra putih bernopol M 1798 NR.

Usai dilakukan identifikasi, terungkap jasad itu merupakan warga Desa Bira Timur, Sokobanah, Sampang berinisial M (36).

Jarak rumah korban ke lokasi kejadian sekitar 20 kilometer dan masih berada di Pulau Madura.

Jenazah sempat divisum di RSUD Smart Pamekasan, sebelum diserahkan ke keluarga untuk dimakamkan.

Tak berselang lama setelah penemuan jasad, polisi mengamankan pasangan suami istri asal Sampang, berinisial N dan SA.

Baca juga: Usai Cerai dari Suami, TKW Robohkan 2 Rumah Pakai Eskavator, Polisi Ungkap Alasan Pembongkaran

Kasat Reskrim Polres Pamekasan, AKP Doni Setiawan, menerangkan jasad korban dibakar untuk menghilangkan jejak kasus pembunuhan.

"Keduanya memiliki peran aktif dalam pembunuhan dan upaya menghilangkan jejak dengan cara membakar tubuh korban," ungkapnya, dikutip dari TribunJatim.com.

Motif pembunuhan yakni N menuding korban telah selingkuh dengan SA.

N kemudian menyuruh SA untuk mengajak korban ke kebun sepi.

Di sana N membacok korban menggunakan celurit hingga tewas.

SA juga membantu merencanakan pembakaran jasad beserta mobilnya.

"Untuk barang bukti yang diamankan, satu unit mobil Daihatsu Sigra warna putih milik korban, celurit, pisau milik pelaku, serta jaket dan motor Vario milik pelaku," imbuhnya.

Akibat perbuatannya, kedua pelaku dijerat pasal 340 KUHP Subs 338 KUHP.

"Tersangka terancam hukuman pidana mati atau pidana seumur hidup atau selama waktu tertentu 20 tahun penjara," tuturnya.

Kepala Desa Lesong Daya, Arief Budiatno, menyatakan jasad ditemukan dalam kondisi terbakar.

"Benar, kejadiannya sekitar pukul 19.00 WIB. Kami mendapat laporan dari warga," bebernya.

Petugas kepolisian kemudian melakukan olah tempat kejadian perkara (TKP) dan mengevakuasi jasad.

"Dari Polsek Batumarmar dan Tim Inafis Polres Pamekasan juga datang ke lokasi," lanjutnya. 

Studi Ungkap Korban Perselingkuhan Lebih Rentan

Studi yang dipublikasikan di Journal of Social and Personal Relationships mengungkapkan efek negatif diselingkuhi oleh pasangan tak hanya merusak kesehatan mental, tapi juga memengaruhi kesehatan fisik. 

Jurnal dengan judul The consequences of spousal infidelity for long-term chronic health: A two-wave longitudinal analysis menyebutkan, korban perselingkuhan lebih berisiko mengalami masalah kesehatan kronis.

Dampak negatif tersebut, bahkan dapat berlanjut saat orang yang pernah diselingkuhi sudah berada dalam hubungan yang positif.

Kesehatan kronis yang dimaksud merupakan kondisi jangka panjang, seperti penyakit jantung, radang sendi, migrain, atau masalah kesehatan yang dapat dipengaruhi stres psikologis.

Metode dan hasil penelitian

Studi yang melibatkan 2.579 peserta, berusia antara 33 hingga 84 tahun itu dikerjakan Midlife Development in the United States (MIDUS), sebuah lembaga survei yang mewakili sejumlah negara.

Dikutip dari IFL Science, studi MIDUS mengumpulkan informasi tentang hubungan, kesehatan, dan karakteristik demografi individu.

Kumpulan informasi tersebut lantas digunakan sebagai analisis untuk meneliti bagaimana pengalaman pribadi memengaruhi kesehatan individu dari waktu ke waktu.

Para peneliti juga menganalisis informasi tentang persahabatan, hubungan keluarga, status pekerjaan, pendidikan, pendapatan, dan kepuasan hubungan secara keseluruhan dari para peserta.

Dilansir dari Psypost, berdasarkan penelitian tersebut, terdapat hubungan yang jelas antara pengalaman perselingkuhan dengan masalah kesehatan kronis.

Responden yang pernah diselingkuhi, terbukti lebih sering melaporkan masalah kesehatan kronis, seperti migrain yang terus menerus dibandingkan mereka yang tidak pernah mengalami perselingkuhan.

Grup pendukung tidak membantu secara signifikan

Meskipun demikian, penelitian tersebut juga mengamati peran dukungan kuat dari teman dan keluarga untuk meredam dampak kesehatan dari perselingkuhan.

Penulis studi, Vincent YS Oh dari University of Social Science Singapura menjelaskan, para peneliti tidak menemukan bukti bahwa dukungan orang sekitar dapat melindungi dari konsekuensi kesehatan jangka panjang akibat diselingkuhi.

Walaupun keluarga dan teman punya peran dalam membantu individu mengatasi stres emosional, dukungan tersebut tidak cukup untuk mengantisipasi masalah kesehatan fisik kronis yang timbul akibat perselingkuhan.

"Kabar baiknya, ukuran dampak antara perselingkuhan dan kesehatan kronis berada dalam kisaran 'kecil' atau tidak signifikan," terang Oh.

Selain faktor dukungan orang sekitar, penelitian tersebut menemukan bahwa faktor demografi seperti pendapatan dan etnis tampaknya lebih memengaruhi hubungan antara perselingkuhan dan kesehatan fisik.

Peneliti secara khusus mengamati individu berpenghasilan rendah dengan latar belakang etnis minoritas yang pernah mengalami perselingkuhan ternyata lebih berisiko terkena masalah kesehatan kronis lebih buruk kelompok ekonomi mapan atau dari etnis mayoritas.

Kondisi ini menunjukkan, individu yang sudah menghadapi kerugian sosial dan ekonomi lebih rentan terdampak efek negatif kesehatan fisik dari pengalaman menjadi korban perselingkuhan.

“Untuk itu, orang-orang yang pernah diselingkuhi dan merasa sulit mengatasinya harus mempertimbangkan untuk mencari bantuan tenaga kesehatan mental profesional,” terang dia.

(Banjarmasinpost.co.id/Tribunjatim.com)

 

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved