Berita Viral

Kabur dari Pondok Pesantren, Bocah Ini Ditemukan Sendirian di Jalan, Terkuak Fakta Haru di Baliknya

Sempat viral di media sosial, seorang bocah ditemukan sendirian di jalanan. Ternyata, bocah itu kabur dari pondok pesantren.

|
Editor: Murhan
Dokumentasi Polsek Parung
ANAK HILANG DI BOGOR - Seorang anak laki-laki yang sempat hilang di wilayah Desa Jabon Mekar, Kecamatan Parung, Kabupaten Bogor, ditemukan polisi. 
Ringkasan Berita:
  • Seorang bocah ditemukan sendirian di jalanan tanpa ada mendampingi
  • Ternyata bocah itu kabur dari pondok pesantren hingga hilang
  • Rupanya, ada alasan haru di balik kaburnya bocah itu

BANJARMASINPOST.CO.ID - Sempat viral di media sosial, seorang bocah ditemukan sendirian di jalanan. Ternyata, bocah itu kabur dari pondok pesantren.

Anak laki-laki itu sempat hilang di wilayah Desa Jabon Mekar, Kecamatan Parung, Kabupaten Bogor.

Kini, anak laki-laki itu ditemukan polisi. Anak laki-laki yang diketahui bernama Muhammad Ayup.

Dia merupakan seorang santri di salah satu pondok pesantren.

Ayu ternyata punya alasan haru hingga kabur dari ponpes. Dia rindu kepada orangtuanya.

Kapolsek Parung, Kompol Maman Firmansyah mengatakan, Ayup ditemukan pada Kamis (13/11/2025).

Baca juga: Polisi Ditusuk Membabi Buta Hingga Tewas Bersimbah Darah, Terjadi Saat Lerai Perkelahian Suami Istri

Penemuan tersebut berawal dari laporan warga mengenai seorang anak tanpa pendamping yang terlihat berjalan sendirian. 

“Menindaklanjuti informasi itu, Polisi segera menuju lokasi dan membawa anak tersebut ke Kantor Polsek Parung untuk pendataan. Anak itu mengaku bernama Muhammad Ayup Putra, namun belum dapat menjelaskan alamat lengkap,” kata Kompol Maman dalam keterangan tertulisnya, Sabtu (15/11/2025).

Ia hanya mengetahui nama kedua orang tuanya, Dedi dan Bulan. 

Karena hingga malam hari belum ditemukan identitas keluarganya, Ayup untuk sementara diinapkan.

Pada keesokan harinya atau Jumat pencarian keluarga anak tersebut kembali dilanjutkan. 

Selama proses tersebut, Polwan bernama Bripka Ririn mendampingi Ayup, mengajak bermain, dan memastikan kondisi psikologis anak tetap tenang. 

“Tak lama kemudian, seorang Pekerja Sosial Masyarakat (PSM) bernama Deni memberikan informasi melalui media sosial bahwa Ayup merupakan salah satu santri di wilayah pondok pesantren di Tajurhalang,” ujarnya.

Setelah informasi itu dipastikan, Ayup diantar langsung ke pondok pesantren dan diserahkan kepada orang tuanya yang telah menunggu. 

Berdasarkan keterangan dari pihak pondok, Ayup meninggalkan pesantren pada Kamis (13/11/2025) setelah salat Asar karena rindu kepada orang tuanya. 

“Ayup baru satu minggu menjalani pendidikan Tahfidz Al-Qur’an di tempat tersebut,” ujarnya.

Kompol Maman Firmansyah, mengimbau masyarakat untuk segera melapor kepada pihak kepolisian apabila melihat anak tanpa pendamping atau situasi lain yang dapat membahayakan keselamatan seseorang. 

“Kerja sama masyarakat sangat penting dalam menjaga keamanan lingkungan,” tandasnya.

9 tips agar betah nyantri

Belajar tentang ilmu agama yang akan menuntun hidupnya kepada kebaikan.

Di pondok pesantren para santri berlatih untuk hidup mandiri. Mereka terpisah jauh dari orang tua.

Santri belajar tentang banyak hal. Tidak hanya ilmu agama tetapi juga ilmu pengetahuan dan keterampilan serta adab-adab dalam Islam. 

Dan yang tidak kalah pentingnya mereka sedang belajar membentengi diri dari pengaruh buruk pergaulan.

Dengan memilih menjadi santri, berarti mereka sudah memutuskan untuk hidup dengan menjalankan syariat agama dengan benar. 

Ini tidak mudah, akan banyak godaan dan tantangan. Hanya santri yang kuatlah yang akan bertahan.

1. Sabar dan selalu bersyukur

Bersabar dan bersyukur adalah kunci untuk betah menjadi santri. Bersabar dengan segala aturan dan tata tertib dipondok. 

Sabar dalam menjalani rutinitas mempelajari ilmu agama. Sabar dalam menahan kerinduan dengan orangtua.

Sabar dari perpisahan dengan teman-teman dan bersyukur atau semua ilmu yang sudah didapat.

2. Disiplin dalam segala hal

Di pondok pesantren segala sesuatu sudah diatur sesuai jadwal. Santri harus disiplin dalam menjalankan agar semua rutinitas bisa mengalir tanpa masalah. 

Ketika bangun pagi, antrian mandi, antrian makan ataupun dalam pembelajaran.

Jalani semua aktivitas sesuai waktu nya, maka semua akan baik-baik saja.

3. Doakan kedua orangtua

Setiap anak harus selalu mendoakan orang tuanya. Apalagi para santri. Mendoakan kebaikan untuk mereka adalah perbuatan terpuji. 

Hati akan menjadi lapang dan fikiranpun tenang. Hati yang lapang, fikiran yang tenang adalah kunci keberkahan.

4. Jaga kebersihan

Tidak bisa dipungkiri, bahwa salah satu penyebab santri tidak betah nyantri adalah karena tertular penyakit kulit. 

Scabies menyebabkan rasa gatal dan menular dengan cepat dan sulit untuk sembuh total.

Penyebab scabies adalah tungau Sarcoptes scabei. Tungau ini harus diberantas agar tidak berkembangbiak.

Cara memberantasnya adalah:

  • Menjaga kebersihan tubuh, pakaian, asrama, tempat tidur, ruang kelas, kamar mandi dan lingkungan pesanteran pada umumnya.
  • Gunakan alas kasur yang bersih, ganti setiap 2 hari, begitu juga dengan bantal dan kasur, harus selalu dijemur di bawah terik matahari.
  • Cuci pakaian dengan bersih, biasakan mencuci pakaian setiap hari agar tidak ada tumpukan kain kotor.
  • Tambahkan antiseptik pada air mandi dan ketika membersihkan lantai.

5. Hindari menggunakan peralatan bersama

Jangan gunakan peralatan pribadi secara bersama. Seperti timba, ember, gelas piring atau peralatan lainnya. Apa lagi pakaian, biasakan menggunakan peralatan sendiri-sendiri.

6. Makan makanan bergizi

Rutinitas yang tinggi, kegiatan yang padat, waktu tidur yang kurang harus diimbangi dengan memberikan asupan tubuh yang sehat. 

Menu di pondok pesantren sudah diatur. Para santri butuh waktu untuk mengadaptasikan seleranya dengan menu baru di pondok.

7. Tetap berolah raga

Di pondok pesantren, santri tetap harus berolah raga untuk menjaga kebugaran tubuh. 
Asrama putra dan putri yang terpisah, membuat para santri ataupun santriwati bisa berolahraga dengan leluasa.

8. Isi jeda waktu dengan membaca dan menulis

Akan ada waktu senggang di jeda kegiatan, misalnya pagi hari setelah sholat subuh. Santri bisa memanfaatkannya untuk membaca. 

Membaca Al Qur’an, kitab-kitab hadist atau bacaan lainnya. Mereka juga bisa menulis buku harian sebelum tidur sebagai refleksi harian.

9. Jangan ada geng santri

Kumpulan remaja di asrama, berpotensi mengkotak-kotakan mereka ke dalam geng. Ini tidak boleh terjadi. 

Karena geng akan berkembang pada persaingan tidak sehat dan berpotensi menimbulkan perundungan.

Tidak hanya santri yang harus sabar, orangtua pun harus ikhlas jauh dari anak nya. Orang tua harus meluruskan niat. 

Memasukkan anak ke pesantren murni untuk belajar ilmu agama, bukan karena kewalahan mengurus mereka di rumah.

Anak Indonesia harus menjadi generasi terdidik, belajar untuk mendapatkan ilmu yang bermanfaat. 

Ilmu itu pada akhirnya akan diimplementasikan dalam kehidupan di dunia dan dipertanggungjawabkan di akhirat.

(Banjarmasinpost.co.id/TribunnewsBogor.com)

 

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved