Serambi Ummah

Islam Ajarkan Kaum Muslim Tebar Doa Kebaikan untuk Orang Meninggal, Tak Hanya Ucapan Belasungkawa

Sudah jadi kebiasaan kebanyakan muslim ucapkan "Semoga Husnul Khatimah" saat mendapat kabar duka. Apakah itu sesuai syariat Islam?

banjarmasin post/rizali rahman
Ilustrasi kabar duka yang disampaikan lewat pesan di telepon genggam. 

Dengan demikian, ucapan dukacita yang lebih tepat disampaikan ketika ada seorang Muslim atau Muslimah yang meninggal dunia adalah ucapan berisi doa agar almarhum/almarhumah diberikan ampunan dan rahmah Allah ta‘ala.

Kemudian, doa agar keluarganya (yang beragama Islam) yang ditinggalkan tersebut diberikan pahala dan kesabaran. Intinya kita dianjurkan untuk mendoakan kebaikan, berupa ampunan dan rahmat bagi si mayit (Muslim/Muslimah), dan mendoakan agar keluarganya (yang beragama Islam) diberikan kesabaran dan pahala dalam menghadapi dukacita yang menimpanya.

Itu artinya ucapan semoga husnul khatimah itu lebih tepat diperuntukkan bagi orang yang belum meninggal dunia, misalnya yang sedang sakit keras, dan disampaikan kepada keluarganya, agar ketika ia meninggal dalam keadaan husnul khatimah (pungkasan yang baik).

Dengan demikian, pengucapan semoga husnul khatimah ketika ada saudara, kerabat, teman, atau keluarganya yang meninggal dunia di media sosial pun kurang tepat. (Banjarmasinpost/sul/nu.or.id)

Takziah demi Kuatkan Keluarga Berduka

TAKZIAH bukan sekadar hadir di rumah duka atau menulis ucapan belasungkawa di grup WhatsApp (WA). 

Lebih dari itu, takziah adalah bentuk kasih sayang, doa dan solidaritas sesama muslim yang diajarkan Rasulullah Shallallahu Alaihi Wa Sallam.

Ketua Bidang Pengkajian dan Penelitian MUI Kota Banjarmasin, ustadz Mukhlis Abdi, menjelaskan, makna takziah adalah memberi penghiburan kepada orang yang ditimpa musibah kematian, agar mereka mampu bersabar dan menerima takdir Allah.

“Takziah itu perilaku sesama muslim untuk memberikan ketenangan dan meringankan kesedihan. Bisa dengan ucapan, bisa juga dengan doa,” ujarnya, Kamis (13/11).

Ustadz Mukhlis Abdi MUI Bjm
Ustadz Mukhlis Abdi, Ketua Bidang Pengkajian dan Penelitian MUI Kota Banjarmasin.

Menurut dia, di masa Rasulullah Shallallahu Alaihi Wa Sallam, takziah dilakukan dengan mendatangi langsung keluarga yang berduka. Namun kini, bentuknya bisa beragam termasuk melalui pesan digital.

“Sekarang, karena kesibukan, banyak orang takziah lewat SMS atau WhatsApp. Bahkan dikatakan doa dalam bentuk stiker pun bisa dianggap sebagai doa, asalkan niatnya tulus,” katanya.

Mukhlis menegaskan, hukum takziah adalah sunnah muakkadah, amalan yang sangat dianjurkan. Sebab, di dalamnya terkandung nilai amar ma’ruf dan nahi munkar, juga semangat tolong-menolong dalam kebaikan sebagaimana firman Allah dalam QS Al-Maidah ayat 2.

“Ketika seorang muslim bertakziah, ia sedang menjalankan sunnah Rasul. Rasulullah sendiri mencontohkan doa bagi yang wafat dengan membaca Allahummaghfirlahu warhamhu, memohon ampun dan rahmat bagi almarhum,” jelasnya.

Dia juga mengutip sejumlah hadis yang menunjukkan keutamaan takziah. “Siapa yang bertakziah kepada saudaranya yang tertimpa musibah, Allah akan mengenakan pakaian kemuliaan di hari kiamat,” ujar Mukhlis mengutip HR Ibnu Majah dan Al-Baihaqi.

Namun, dia mengingatkan agar takziah tidak dilakukan dengan cara yang justru menambah duka bagi keluarga yang ditinggalkan.

 “Hadir untuk menenangkan, bukan memperbanyak kesedihan. Jangan pula sibuk berswafoto di rumah duka, itu tidak sesuai adab takziah,” tegasnya.

Halaman 3/4
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved