Cerita Suka Duka Relawan Kemanusiaan

Bantu Orang Kesusahan, Relawan Tak Jarang Hadapi Perlakuan Tak Mengenakan

Bahagia selalu terbersit dihati ketika bisa membantu orang yang sedang kesusahan. Namun,duka juga tak jarang mereka alami saat laksanakan tugas mulia

Penulis: | Editor: Hari Widodo
istimewa
Relawan Emergency Banjar (EBR) Hilmah bersama petugas kepolisian saat menggalang dana korban gempa Lombok 

BANJARMASINPOST.CO.ID, MARTAPURA - Menjadi seorang relawan kemanusian di Martapura dan sekitarnya tentulah perlu pengorbanan waktu, tenaga hingga biaya.

Rasa bahagia selalu terbersit dihati ketika bisa membantu orang-orang yang sedang kesusahan. Namun, duka juga tak jarang mereka alami saat melakukan tugas mulia.

 Begitu pula yang dirasakan oleh relawan yang aktif di Emergency Banjar Respons (EBR), Hilmah dan relawan anggota Komunitas Gabungan Emergency (KGE), Herwanto.

Hilmah yang aktif menjadi relawan sejak 2016 lalu saat turun ke lapangan juga kerap mendapati susahnya saat harus menjalankan misi kemanusiaan di Kabupaten Banjar, Banjarbaru dan Banjarmasin ini, bahkan kadang sampai ke kawasan hulu sungai.

Baca: Gambarkan Kegigihan Masyarakat Dayak di Kualakapuas, Begini Tradisi Laluhan Dilestarikan

Baca: Mantan Kekasih Syahrini dan Reino Barack Turut Disoroti Saat Incess Bulan Madu, Luna Maya dan Bubu

Baca: Tayang Lebih Awal, Hari Ini Annabelle Teror Bioskop Indonesia

Baca: Tergoda Dinikahi Pria China, Monika Dijual Hingga Alami Kekerasan, Kabur Setelah Kuasai Bahasa China

"Dukanya, saat membantu orang kadang ada masyarakat yang kurang mengerti melihat ambulance kami melaju dengan kencang untuk menolong dan kadang driver kami lupa akan keselamatan diri pribadi dan kawan-kawan yang bersama dalam ambulans guna cepat memberikan pertolongan," katanya.

Tak jarang, masih saja mendapati kata-kata atau ucapan yang kurang mengenakan didengar oleh telinga.

Tak hanya itu,  ada juga terkadang keluarga korban yang menyalahkan mereka karena membawa keluarga mereka ke rumah sakit, walaupun pun sebagai relawan merujuk ke rumah sakit karena sudahlah tentu melihat kondisi korban yang ditolong.

"Sebagai seorang relawan, nyawa korban lebih kami utamakan," imbuh Hilmah.

Hilmah mengungkapkan, sebagai relawan dirinya bersama relawan lainnya juga tak jarang sampai membayar biaya pengobatan korban di rumah sakit.

relawan anggota Komunitas Gabungan Emergency, Herwanto.
relawan anggota Komunitas Gabungan Emergency, Herwanto. (istimewa)

Hal itu dikarenakan keluarga korban tidak mengerti situasional dan kondisional di rumah sakit tempat dirawat, seakan karena relawan mengantarkan ke rumah sakit maka ditanggung oleh relawan.

"Dukanya sebagai relawan kemanusian adalah tidak semua masyarakat menerima baik dengan kegiatan relawan,"imbuh Herwanto relawan KGE.

Baca: KPU Tetapkan Capres Terpilih 3 Hari Pasca Pembacaan Putusan MK, Syaratnya Permohonan Prabowo Ditolak

Baca: Cincin Emas Dibawa Kabur, Mbah Klumpuk 72 Tahun Nekat Tarik Motor Pelaku Hingga Terjatuh dan Tewas

Baca: Polwan Polair Polda Kalsel Dijambret di Jembatan RK Ilir, Berhasil Pertahankan Tas Meski Terjatuh

Disebutkannya salah satu contoh dalam menangani musibah kecelakaan, terkadang korban menolak untuk dievakuasi dengan alasan biaya rumah sakit tidak mencukupi atau ada sebagian korban menolak dievakuasi ke rumah sakit dengan alasan menghindari panik dari pihak keluarga.

Bahkan kadang relawan saat mengevakuasi korban, terkadang mendapati perselisihan mengenai wilayah operasional.

Tetapi hal ini ini sudah mampu terpinggirkan karena adanya rasa empati yang ada dihati oleh relawan, adanya nurani kemanusiaan. (banjarmasinpost.co.id/M Hasby Suhaili)

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved