Tak Lari dari Kebebasan

Kampanye yang hingar bingar, ditingkahi musik dan goyang aduhai artis-artis ganteng dan cantik sudah berakhir.

Editor: Dheny Irwan Saputra

Saya kira semua pertanyaan ini jawabnya gampang sekaligus susah. Gampang karena pada akhirnya yang menentukan kualitas demokrasi adalah kita semua yang terlibat dalam berdemokrasi. Jika pemilih cerdas dan kritis, sadar akan tipu daya iklan dan kampanye, mungkin dia tidak mudah terbujuk. Begitu pula politisi yang baik, tidak akan menggunakan cara-cara yang tak bermoral dalam mendulang suara.

Di sisi lain, membuat demokrasi kita makin sehat dan dewasa jelas tidak gampang. Kita tidak hanya perlu politisi yang baik, tetapi juga rakyat pemilih yang baik.

Kita tidak hanya perlu aturan pemilu yang jujur dan adil, tapi para pelaksana yang jujur dan adil pula. Sementara kejujuran dan keadilan adalah nilai-nilai moral yang ditanamkan dalam waktu yang lama, melalui pendidikan dan kehidupan nyata sehari-hari.

Meminjam Erich Fromm, kita telah berhasil berjuang demi kebebasan (for freedom) dari penindasan politik, dan kini tiba saatnya kita berjuang dengan kebebasan itu (with freedom) demi kesejahteraan bersama. Dalam situasi serbagalau, kata Fromm, kadang manusia justru takut dan lari dari kebebasan (escape from freedom), lalu menyerahkan semua keputusan kepada seorang pemimpin otoriter.

Semoga yang terakhir ini takkan pernah terjadi. Mari kita buktikan pada 9 April 2014! (*)

Halaman 2/2
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved