Pahlawan Cilik
AGRESI militer Israel di Jalur Gaza, Palestina menewaskan ribuan orang, menurut UNICEF 30 persen di antaranya
Anak itu pun dimasukkan lagi ke sel. Besoknya dan besoknya lagi, kemudian lusa dan lusanya lagi , anak itu terus diinterogasi, “Kami akan memaksamu dan kau akan terpaksa berkata di mana markas Fidaiyyin,” kata seorang penguasa zionis Israel.
Anak itu pun berkata, “Perbuatlah apa yang tuan kehendaki, adakah lagi siksaan tuan yang lebih berat dari apa yang aku alami sekarang? Orang-orang di Timur dan di Barat mengetahui kekejaman Nazi dan Tartar, baca sejarah mereka, tidak ditemukan kekejaman seperti yang tuan lakukan terhadap bangsa Palestina.”
Ucapan ini dibentak lagi oleh pejabat itu, “Kau akan kami jatuhi hukuman mati.”
Gadis itu menjawab lagi, “Memangnya tuan kira saya takut mati?”
Seorang petugas menyeret gadis itu ke dalam sel, seraya bergumam,“Saya tidak mengerti apa sebenarnya yang mendorongmu bersikap demikian ini wahai gadis cantik! Keselamatanmu tergantung kepada beberapa perkataan, di mana markas Fidaiyyin, kau bisa selamat dari hukuman mati.”
“Tidak,” teriak gadis itu, “sekali lagi tidak, saya lebih mencintai kematian seperti halnya tuan mencintai kehidupan.” (Harian Al-Bilad, Arab Saudi, 1/12/1980)
Inilah ilustrasi pahlawan cilik bangsa Palestina. Kendati di tangannya hanya ketapel atau sebiji batu kerikil, namun ia amat ditakuti oleh penguasa Zionis Israel walaupun di tangan mereka ada senjata api dan meriam.
Rasa takut yang berlebihan adalah ‘siksa dan penderitaan’ yang Allah SWT campakkan terhadap bangsa Israel. (*)