TB Brahma 12 Dibajak

Tongkang Anand yang Dibajak Abu Sayyaf Ditemukan di Malaysia

Menteri Luar Negeri Retno Marsudi menyampaikan kapal tongkang Anand 12 yang dibajak oleh kelompok militan Abu Sayyaf telah ditemukan di perairan Lahad

Editor: Ernawati
Facebook Welmy Loway
Kapal Tug Boat Brahma 12 yang diduga dibajak Kelompok Milisi Abu Sayyaf. Tug boat ini menarik tongkang Anand 12. 

BANJARMASINPOST.CO.ID, JAKARTA - Menteri Luar Negeri Retno Marsudi menyampaikan kapal tongkang Anand 12 yang dibajak oleh kelompok militan Abu Sayyaf telah ditemukan di perairan Lahad Datu, Sabah, Malaysia, pada Senin (4/4/2016).

"Kapal saat ini berada di tangan Agensi Penguat Kekuasaan Maritim Malaysia atau APKMM untuk dilakukan uji forensik," kata Menlu Retno dalam pernyataan pers di Ruang Palapa Kementerian Luar Negeri di Pejambon, Jakarta, Selasa.

Kapal tongkang Anand 12 merupakan satu dari dua kapal yang dibajak kelompok Abu Sayyaf. Kapal lainnya, yakni Tunda Brahma 12 telah dilepaskan di perairan Filipina akhir Maret lalu, dan kini berada di tangan otoritas negara tersebut.

Menurut Menlu Retno, Anand 12 ditemukan dalam kondisi utuh dan sudah ditarik ke Pelabuhan Lahad Datu untuk pemeriksaan forensik yang membutuhkan waktu sekitar tujuh hingga sepuluh hari.

Terkait lokasi perompakan dan penyanderaan yang berada di wilayah Malaysia, Retno mengatakan dirinya telah membuka komunikasi dengan Menlu Malaysia pada 31 Maret 2016 dan meminta kerja sama jika sewaktu-waktu diperlukan.

"Komunikasi dengan Menlu Malaysia terbukti sangat berguna dalam menindaklanjuti ditemukannya kapal tongkang Anand 12," kata dia.

Kemlu menerima informasi pada Senin (28/3) bahwa terjadi pembajakan terhadap kapal Tunda Brahma 12 dan kapal tongkang Anand 12 yang berbendera Indonesia saat dalam perjalanan dari Sungai Puting Kalimantan Selatan menuju Batangas, Filipina Selatan.

Dalam kedua kapal yang mengangkut batu bara tersebut terdapat sepuluh anak buah kapal (ABK) WNI yang kini masih menjadi sandera Abu Sayyaf.

Pada pernyataan pers sebelumnya, Kamis (31/3), Menlu RI mengatakan pemerintan Indonesia telah mengetahui posisi dan kondisi kesepuluh ABK WNI tersebut dan tengah menjajaki semua opsi yang ada untuk membebaskan mereka.

"Sekali lagi saya tekankan, bahwa keselamatan kesepuluh ABK WNI adalah acuan utama kita," ujarnya.

Sumber:
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved