Ini Persoalan yang Masih Melingkupi Profesi Jurnalis
Dalam kasus kebebasan pers, masih banyak masalah yang dihadapi jurnalis dalam menjalankan aktivitasnya. Salah satunya adalah kekerasan
BANJARMASINPOST.CO.ID, JAKARTA - Ketua Aliansi Jurnalis Independen (AJI) Indonesia Suwarjono mengatakan, masih banyak permasalahan terkait profesi jurnalis di Indonesia.
Permasalahan itu, antara lain, kebebasan pers, profesionalisme pers, dan kesejahteraan jurnalis.
"Dalam kasus kebebasan pers, masih banyak masalah yang dihadapi jurnalis dalam menjalankan aktivitasnya. Salah satunya adalah kekerasan terhadap jurnalis," ujar Suwarjono, pada acara Ulang Tahun ke-22 AJI, di Hotel Sari Pan Pacific, Jakarta, Jumat (26/8/2016).
Selain itu, masih ada pembatasan akses liputan di sejumlah wilayah, kriminalisasi narasumber dengan jerat Undang-undang Informasi dan Transaksi Elektronik, hingga ancaman kebebasan yang berasal dari internal media sendiri, yakni intervensi pemilik.
"Terus terang kasus, intervensi kepemilikan banyak teman-teman jurnalis harus meliput berita pesanan," lanjut Suwarjono.
Masalah lainnya, terkait profesionalisme. Menurut Suwarjono, ada kenaikan signifikan dalam hal laporan masyarakat yang merasa dirugikan ke Dewan Pers pada 2015.
Jumlah laporan pada tahun 2015 yakni 855 kasus atau meningkat 70 persen dari 545 laporan pada tahun 2014.
"Ini tantangan bagi teman-teman jurnalis. Kami berusaha dorong lebih baik," kata Suwarjono.
Banyaknya pengaduan ke Dewan Pers, menurut dia, karena meningkatnya kesadaran masyarakat untuk mengadukan sengketa pers.
"Media kita sekarang ini ada kendala soal etik yg penegakannya harus konsisten. Ini karena pembaca sekarang berubah," kata dia.
Kesejahteraann jurnalis
AJI juga menyoroti kesejahteraan jurnalis. Keinginan membangun pers profesional dinilai sulit terwujud jika para jurnalis tidak sejahtera.
"Bagaimana teman-teman jurnalis mau profesional kalau tidak sejahtera. Ini menjadi persoalan," kata Suwarjono.
Ia mengungkapkan, permasalahan kesejahteraan jurnalis erat kaitannya dengan perkembangan media saat ini.
"Harus diakui, saat ini sejumlah media saat ini menghadapi masa sulit. Sepanjang tahun 2015, sedikitnya 17 media cetak nasional dan daerah gulung tikar," ujar Suwarjono.
:quality(30):format(webp):focal(0.5x0.5:0.5x0.5)/banjarmasin/foto/bank/originals/jarot-suwarjono_20160826_233050.jpg)