Seputar Kaltim

Remaja Asal Balikpapan Derita Penyakit Mirip Manusia Akar

Beberapa tahun belakangan, dia mulai mengidap penyakit lain, mirip yang diderita oleh manusia akar. Tampak pada telapak tangan dan kakinya terjadi “pe

Editor: Ernawati
TRIBUN KALTIM / MUHAMMAD ALIDONA
Fajar, Remaja asal RT 15 kelurahan Sepinggan Baru Balikpapan Selatan ini, mengalami kondisi tak biasa. Selain mengidap down syndrome, dirinya juga menderita penyakit langka yang mirip dengan yang diderita oleh manusia akar. 

BANJARMASINPOST.CO.ID, BALIKPAPAN – Fajar, Remaja asal RT 15 kelurahan Sepinggan Baru Balikpapan Selatan ini, mengalami kondisi tak biasa. Selain mengidap down syndrome, dirinya juga menderita penyakit langka yang mirip dengan yang diderita oleh manusia akar.

Sejak kecil, Fajar tumbuh dengan gangguan perkembangan keterbelakangan mental atau down syndrome.

Beberapa tahun belakangan, dia mulai mengidap penyakit lain, mirip yang diderita oleh manusia akar. Tampak pada telapak tangan dan kakinya terjadi “pengerasan” yang mulai menjalar ke badannya.

Saat Tribun berkunjung ke rumahnya, Kamis (26/1/2017), tanda Gakin tampak jelas tertempel di depan rumahnya. Saat memasuki rumahnya, hanya ada 2 ruangan di dalam rumah tersebut. Sementara ruang tamu, ruang tidur, dan dapur berada dalam satu ruangan.

Dalam ruangan tersebut, tampak Fajar tengah duduk di tempat tidur. Kedua tangannya tidak bisa ia gerakkan karena adanya jamur yang tumbuh.

Ibu Fajar, Wasaiya menyambut hangat kedatangan para awak media. Di ruangan yang sempit dan tanpa perabot, Wasaiya pun menceritakan kondisi anaknya.

Sejak kecil, Fajar tidak seperti anak seusianya. Mengalami hambatan pertumbuhan, sehingga di usianya yang kini 19 tahun, perilakunya pun masih seperti anak-anak.

“Saat lahir kondisi fajar normal, dengan berat 3,8 kg dan panjang 49 cm, kondisi tubuhnya putih bersih, tapi setelah seminggu kelahirannya, kulitnya mendadak berubah menjadi hitam,” kata ibu Fajar Wasaiya, pada Tribun.

Bukan hanya itu, kelainan – kelainan lain juga tampak setelahnya. Menurut Wasaiya, feces Fajar tampak berbeda dari bayi pada umumnya.

Wasaiya, menyadari hal tersebut. Namun karena keterbatasan ekonomi, dirinya tidak langsung membawa Fajar ke puskesmas untuk mendapatkan pengobatan.

Dikatakan Wasaiya, karena apa yang dialami Fajar, remaja tersebut pernah hilang. Menurutnya, bila Fajar telah beranjak dari tempat duduk atau tempat yang biasa ia datangi ia akan merasa bingung. Untungnya saat itu, ada tetangga yang melihat dan mengantar Fajar pulang.

Tekait jamur yang menyebabkan Fajar seperti “Manusia Akar”, Wasaiya mengungkapkan gejala gejala tersebut sudah muncul sejak setahun yang lalu.

Saat gejala tersebut muncul dirinya mengaku kebingungan. Namun lagi – lagi karena keterbatasan biaya, dirinya baru sempat membawanya ke rumah sakit untuk menjalani pemeriksaan.

“Di tangannya ada jamur, itu sejak dari tahun kemarin. Tapi kita bingung juga, gak dapet infomasi apa – apa, karena kan sempat bersih. Tapi begitu diraba ada bintik bintik yang bakalan keluar lagi, Pernah rontok sama sekali bersih tapi 2-3 hari menebal lagi, ga tahu penyakit apa,” katanya.

Saat menjalani pemeriksaan di Rumah Sakit Kanudjoso Djatiwibowo beberapa waktu yang lalu, dirinya mengaku baru mengetahui jika penyakit kulit langka yang dialami Fajar bisa saja menular. Oleh karenanya, untuk mencegahnya disarankan diberi salep dan mengonsumsi obat.

Namun sampai sekarang obat dan salep tersebut belum kunjung diperoleh. (*)

Sumber: Tribun Kaltim
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved