Berita Nasional

Kisah Ronggeng Srintil Hidup dari Menari Lalu Digilir Lelaki, Berakhir Tragis Ketika Dituding PKI

Sang Penari berkisah mengenai kehidupan seorang ronggeng Dukuh Paruk bernama Srintil (Prisia Nasution). Selama bertahun-tahun.

Editor: Didik Triomarsidi
zoom-inlihat foto Kisah Ronggeng Srintil Hidup dari Menari Lalu Digilir Lelaki, Berakhir Tragis Ketika Dituding PKI
Istimewa
Prisia Nasution saat memerankan Srintil dalam film Sang Penari

Rasus yang terluka hatinya memilih meninggalkan Dukuh Paruk menuju pasar Dawuan, di tempat itulah Rasus mengalami perubahan garis perjalanan hidupnya dari seorang remaja dusun yang miskin dan buta huruf menjadi seorang prajurit atau tentara yang gagah setelah terlebih dahulu menjadi tobang.

Dengan ketentaraannya itulah kemudian Rasus memperoleh penghormatan dan penghargaan seluruh orang Dukuh Paruk.

Lebih-lebih setelah berhasil menembak dua orang perampok yang berniat menjarah rumah Kartareja yang menyimpan harta kekayaan ronggeng Srintil.

Beberapa hari singgah di Dukuh Paruk Rasus sempat menikmati kemanjaan dan keperempuanan Srintil sepenuhnya.

Hasil gambar untuk sang penari

Tapi itu semua tidak menggoyahkan tekadnya yang bulat untuk menjauhi Srintil dan dukuhnya yang miskin.

Pada saat fajar, Rasus melangkah gagah tanpa berpamitan pada Srintil yang masih pulas tidurnya.

Kepergian Rasus tanpa pamit sangat mengejutkan dan menyadarkan Srintil bahwa ternyata tidak semua lelaki dapat ditundukkan oleh seorang ronggeng.

Setelah kejadian itu Srintil setiap hari tampak murung dan sikap Srintil menimbulkan keheranan orang-orang disekitarnya.

Kebanyakan mereka tidak senang menyaksikan kemurungan Srintil, sebab mereka tetap percaya ronggeng Srintil telah menjadi simbol kehidupan Dukuh Paruk.

Penolakan Srintil masih bertahan ketika datang tawaran menari dari Kantor Kecamatan Dawuan yang akan menggelar pentas kesenian menyambut perayaan Agustusan.

Kalau pun pada akhirnya runtuh dan pasrah, bukan semata-mata tergugah untuk kembali tampil menari sebagai seorang ronggeng, melainkan mendengar ancaman Pak Ranu dari Kantor Kecamatan.

Srintil menyadari kedudukannya sebagai orang kecil yang tak berhak melawan kekuasaan.

Halaman
1234
Sumber: Sriwijaya Post
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved