Berita Nasional

Kisah Ronggeng Srintil Hidup dari Menari Lalu Digilir Lelaki, Berakhir Tragis Ketika Dituding PKI

Sang Penari berkisah mengenai kehidupan seorang ronggeng Dukuh Paruk bernama Srintil (Prisia Nasution). Selama bertahun-tahun.

Editor: Didik Triomarsidi
zoom-inlihat foto Kisah Ronggeng Srintil Hidup dari Menari Lalu Digilir Lelaki, Berakhir Tragis Ketika Dituding PKI
Istimewa
Prisia Nasution saat memerankan Srintil dalam film Sang Penari

Hasil gambar untuk sang penari

Sama sekali ia tidak membayangkan akibat lebih jauh dari penampilannya di panggung perayaan Agustusan yang pada tahun 1964 sengaja dibuat berlebihan oleh orang-orang Partai Komunis Indonesia (PKI).

Warna merah dipasang di mana-mana dan muncullah pidato-pidato yang menyebut-nyebut rakyat tertindas, kapitalis, imperalis, dan sejenisnya.

Pemberontakan PKI kandas dalam sekejap dan akibatnya orang-orang PKI atau mereka yang dikira PKI dan siapa pun yang berdekatan dengan PKI di daerah mana pun ditangkapi dan di tahan.

Pada mulanya, terjadi paceklik di mana-mana sehingga menimbulkan kesulitan ekonomi secara menyeluruh.

Pada waktu itu, orang-orang Dukuh Paruk tidak berpikir panjang dan tidak memahami berbagai gejala zaman yang berkembang di luar wilayahnya.

Dalam masa paceklik yang berkepanjangan, Srintil terpaksa lebih banyak berdiam di rumah, karena amat jarang orang mengundangnya berpentas untuk suatu hajatan.

Hasil gambar untuk sang penari

Akan tetapi, tidak lama kemudian ronggeng Srintil sering berpentas di rapat-rapat umum yang selalu dihadiri atau dipimpin tokoh Bakar.

Walaupun Srintil tidak memahami makna rapat-rapat umum, pidato yang sering diselenggarakan orang.

Yang dia pahami hanyalah menari sebagai ronggeng atau melayani nafsu kelelakian.

Tapi hubungan mereka tetap baik.

Hubungan mereka merenggang setelah beberapa kali terjadi penjarahan padi yang dilakukan oleh orang-orang kelompok Bakar.

Sukarya merasa tersinggung dengan Bakar, karena Bakar mengungkit-ungkit masa lampau Ki Secamenggala yang dikenal orang sebagai bromocorah.

Karena hal itu Sakarya memutuskan hubungan dengan kelompok Bakar.

Sakarya tidak hanya melarang ronggeng Srintil berpentas di rapat-rapat umum, tetapi juga meminta pencabutan lambang partai.

Akan tetapi, Bakar menanggapinya dengan sikap bersahaja.

Dalam tempo singkat, Dukuh Paruk kembali ketradisinya yang sepi dan miskin.

Akan tetapi, kedamaian itu hanya sebentar, karena mereka kemudian kembali bergabung dengan kelompok Bakar setelah terkecoh oleh kerusakan cungkup makam Ki Secamenggala.

Dan Srintil pun semangat menari walaupun tariannya tidak seindah penampilannya yang sudah-sudah.

Ternyata penampilan yang berlebihan itu merupakan akhir perjalanan Srintil sebagai ronggeng.

Mendadak pasar malam bubar tanpa penjelasan apa pun dan banyak orang limbung, ketakutan, dan kebingungan, sehingga kehidupan terasa sepi dan mencekam.

Berbagai peristiwa menjadikan orang-orang Dukuh Paruk ketakutan, tetapi tidak mengetahui cara penyelesaiannya.

Yang terpikir adalah melaksanakan upacara selamatan dan menjaga kampung dengan ronda setiap saat.

Keesokan harinya orang-orang Dukuh Paruk melepas langkah Kartareja dan Srintil yang berniat meminta perlindungan polisi di Dawuan.

Tapi ternyata harapan berlindung kepada polisi itu berantakan, karena kepolisian dan tentara justru sudah menyimpan catatan nama Srintil yang terlanjur populer sebagai ronggeng rakyat yang mengibarkan bendera PKI.

Srintil pulang ke Dukuh Paruk setelah dua tahun mendekam dalam tahanan politik dengan kondisi kejiwaan yang sangat tertekan.

Ia berjanji menutup segala kisah dukanya selama dalam tahanan dan bertekad melepas predikat ronggengnya untuk membangun sebuah kehidupan pribadinya yang utuh sebagai seorang perempuan Dukuh Paruk, meskipun tidak mengetahui sedikitpun keberadaan Rasus.

Tanpa sepengetahuan Srintil, Nyai Kartareja menghubungi Marsusi.

Untunglah Srintil masih bisa mengelak perangkap Marsusi.

Selepas dari perangkap Marsusi, Srintil kembali mendapat tekanan dari lurah Pecikalan agar mematuhi kehendak Pak Bajus.

Bajus hendak menikahi Srintil, sehingga Srintil berusaha mencintai Bajus.

Tapi Srintil sangat kecewa, karena Bajus ternyata lelaki impoten yang justru hanya berniat menawarkannya kepada seorang pejabat proyek.

Srintil pun mengalami goncangan jiwa dan akhirnya menderita sakit gila sampai akhirnya dibawa ke rumah sakit jiwa oleh Rasus. (*)

Hai Guys! Berita ini ada juga di SRIPOKU.COM

Sumber: Sriwijaya Post
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved