Bisnis dan Ekonomi
Petani Sawit Masih Tergantung Tengkulak
Konferensi Sawit Internasional (IPOC) hari ketiga di Nusa Dua, Bali, Rabu (3/11/2017), berlanjut dengan membahas beberapa isu
Penulis: R Hari Tri Widodo | Editor: Eka Dinayanti
BANJARMASINPOST.CO.ID, NUSA DUA - Konferensi Sawit Internasional (IPOC) hari ketiga di Nusa Dua, Bali, Rabu (3/11/2017), berlanjut dengan membahas beberapa isu terkait pembatasan perdagangan oleh negara-negara Eropa-Amerika dan kemitraan dengan petani.
Dalam IPOC 2017 yang mengusung tema Growth through Productivity: Partnership with Smallholders, kerja sama perusahaan-petani menjadi pembahasan utama untuk meningkatkan produktivitas.
Mengenai kemitraan dan prospek industri sawit rakyat, Ketua Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (GAPKI) Kalsel, Untung Joko Wiyono ditemui di Nusa Dua, Bali, menjelaskan bahwa di Kalsel kemitraan terdiri atas; Kemitraan model plasma-inti dan model swadaya.
Baca: Pengusaha Sawit Kumpul di Bali, Ini yang Dibahas
Kemitraan plasma-inti ini sudah berorientasi jangka panjang/keberlanjutan hingga fase replanting. Produksi tandan buah segar (TBS) dari hasil kemitraan ini pada umumnya sudah mendekati atau sama dengan standar teknis dan harga TBS-nya sudah menggunakan harga hasil ketetapan Tim Penetapan Harga TBS Provinsi yg terdiri dari unsur Pemda Prov/Kab, perusahaan kelapa sawit, koperasi/perwakilan petani plasma.
Sementara, kemitraan model swadaya belum berorientasi jangka panjang. Tetap hanya terbatas untuk jual beli TBS. Dalam hal ini petani tidak memiliki mitra perusahaan tetap atau permanen, tetapi dalam menjual TBS-nya lebih memanfaatkan jasa tengkulak.
Akibatnya, harga TBS tidak mengikuti harga TBS ketetapan tim melainkan tergantung ketetapan dari tengkulak yang umumnya lebih rendah dari harga TBS plasma.
Baca: Perusahaan Sawit Bakal Fokus pada Kemitraan dengan Perkebunan Rakyat
Adanya MoU GAPKI dengan Asoiasi Petani Kelapa Sawit Indonesia (Apkasindo) yang ditandatangani dalam event IPOC dan disaksikan Dirjen Perkebunan kelak akan ditindaklanjuti GAPKI Cabang dengan Apkasindo di wilayah provinsi masing-masing.
MoU tersebut sesungguhnya adalah untuk memberikan guidance kepada jajaran GAPKI dan Apkasindo agar kemitraan model plasma swadaya dapat ditingkatkan menjadi kemitraan yang berkelanjutan sehingga produktivitas kebun swadaya dan harga TBS akan meningkat mendekati atau sama dengan TBS plasma. Dengan begitu maka pendapatan petani sawit swadaya akan meningkat.
Selain dihadiri sejumlah perusahaan sawit dari dalam dan luar negeri, serta anggota GAPKI, konferensi juga diramaikan pameran industri dari sejumlah instansi terkait industri sawit.


 
                 
						
					 
						
					 
						
					 
						
					 
						
					 
						
					 
				
			 
											 
											 
											 
											