Maulid Nabi Muhammad SAW
Maulid Nabi Muhammad, Begini Ajaran Toleransi Nabi yang Harus Diterapkan
Nabi Muhammad adalah contoh teladan yang baik bagi seluruh umat Islam.
Penulis: Yayu Fathilal | Editor: Ernawati
“Di surah itu ada ayatnya yang berbunyi laa a’budu maa ta’buduun yang artinya aku tidak menyembah apa yang kalian sembah. Dalam tata Bahasa Arabnya, ayat ini menggunakan kata kerja bentuk dulu, sekarang dan nanti. Ada bentuk past, present dan continuous-nya. Itu artinya, ketegasan sikap berakidah umat Islam di sini berlaku selamanya, baik dulu, sekarang maupun nanti,” jelasnya.
Menariknya lagi, kata gantinya di sini menggunakan bentuk tunggal saya. Berarti, masing-masing kita harus menerapkan ketegasan ini.
“Kemudian ayat berikutnya berbunyi wa laa antum aabiduna ma akbud. Artinya secara kasar, kalian nggak perlu menyembah-nyembah apa yang saya sembah, demikian pula saya tak perlu repot ikut-ikutan menyembah apa yang kalian sembah. Lalu surah ini ditutup dengan ayat lakum diinukum waliya diin, artinya dalam urusan agama kita masing-masing saja, agamamu agamamu, agamaku agamaku. Aku nggak mengurusi atau ikut-ikutan agama kalian, kalian juga nggak perlu repot-repot mengurusi agamaku. Kira-kira begitulah tafsirannya,” jelasnya.
Dicontohkan pula, misalnya orang Islam mengucapkan selamat hari raya kepada umat nonmuslim, menurutnya Nabi Muhammad tidak pernah mencontohkan perbuatan itu.
Demikian pula dengan hal ikut membantu proses pelaksanaannya, ikut memakai atributnya, hal itu tak pernah dicontohkan oleh Nabi Muhammad.
Toleransi yang diajarkan Nabi Muhammad adalah cukup dengan tidak melakukan hal-hal yang bisa mengganggu kelancaran proses ibadah umat nonmuslim.
“Untuk urusan keyakinan, kata Nabi Muhammad, kita masing-masing saja sesuai dengan perintah Allah tadi, kecuali dalam hal kemanusiaan. Misalnya, kita memasak lalu baunya sampai ke tetangga kita yang nonmuslim, ya harus kita bagi makanan itu. Kemudian di halaman kita tumbuh pohon buah yang batangnya condongnya ke halaman tetangga kita yang nonmuslim, buahnya berarti milik bersama, harus kita bagi-bagi,” jelasnya.
Simak videonya di bawah ini:
(banjarmasinpost.co.id/yayu fathilal)