Kesehatan
Ponsel untuk Anak Setara dengan Sebotol Wine atau 1 Gram Kokain, Efeknya Sama ke Otak
Saat Anda memberikan tablet atau ponsel ke anak, itu seperti memberikan mereka sebotol wine atau segram Kokain.
BANJARMASINPOST.CO.ID - Pengaruh buruk Gedget terhadap tumbuh kembang anak seolah dianggap biasa oleh orang tua.
Tidak heran, banyak orang tua yang memilih memberikan gedget dan memberiakan anak bermain dengan gedget.
Tak sedikit anak-anak yang kecanduan bermain gadget dan jadi malas bermain dan bergerak aktif.
Seorang terapis Kecanduan dari Inggris mengatakan, memberikan ponsel ke anak sama seperti "memberinya segram Kokain".
Baca: Live Streaming Resepsi Pernikahan Ammar Zoni dan Irish Bella, Ranty Maria dan Giorgino Abraham Ada?
Baca: Putra Nikita Mirzani Disebut Mirip Uya Kuya, Dipo Latief Ngotot Ingin Lakukan Ini untuk Anak Itu
Baca: Baru Umrah, Ayu Ting Ting Berbikini di Pantai Disorot, Teman Ivan Gunawan dan Ruben Onsu Sebut Ini
Waktu yang dihabiskan seseorang untuk mengirim pesan di aplikasi percakapan atau membalas komentar di media sosial bisa menyebabkan Kecanduan pada anak remaja, seperti halnya Narkoba dan alkohol.
Mandy Saligari, spesialis kecanduan dari klinik rehabilitasi Harley Street London, mengatakan bahwa Kecanduan gadget seharusnya juga diatasi seperti halnya kecanduan Narkoba.
"Saya selalu mengatakan, saat Anda memberikan tablet atau ponsel ke anak, itu seperti memberikan mereka sebotol wine atau segram Kokain. Apakah kita siap membiarkan mereka dengan benda itu di balik pintu?" katanya.
Ia menjelaskan, penggunaan ponsel yang berlebihan memiliki dampak yang sama pada otak seperti halnya obat-obatan terlarang.
"Saat membicarakan perilaku kecanduan, biasanya orang langsung melihat pada zat berbahaya. Padahal, pola perilaku itu bisa mewujud dalam berbagai bentuk, misalnya obsesi pada makanan, melukai diri, atau mengirim teks bernuansa seks," katanya.
Di kliniknya, Saligari, mengatakan bahwa dua pertiga pasiennya adalah remaja berusia 16-20 tahun.
Ia menyebut peningkatannya sangat dramatis dalam 10 tahun terakhir.
Dalam survei terbaru yang melibatkan 1.500 guru di Inggris terungkap, dua pertiga responden mengaku sadar murid mereka berbagi konten bernuansa seksual, dan sekitar 1 dari 6 anak sudah melakukannya sejak usia SD.
"Banyak pasien saya yang baru berusia 13-14 tahun dan melakukan sexting menganggap itu adalah hal yang normal," katanya.
Perilaku sexting itu bukan hanya mengirimkan kata-kata bermuatan seks tapi juga mengirimkan foto diri telanjang.
Hal itu dianggap normal jika orangtua atau orang dewasa tidak mengetahuinya.
Baca: Begini Anjuran Dokter untuk Minum Air Ketika Sahur dan Berbuka Puasa Jelang Ramadhan 2019/1440 H
Baca: Sikap Tak Terduga Nikita Mirzani Saat Dipo Latief Akan Menjenguk Anaknya yang Baru Lahir
:quality(30):format(webp):focal(0.5x0.5:0.5x0.5)/banjarmasin/foto/bank/originals/gadis-kecil-ini-harus-menjalani-operasi-mata-di-usia-yang-sangat-muda.jpg)