Berita Banjarmasin
Sarjana Kimia ULM Ini Merasakan dengan Melukis, Menulis dan Membaca Menjadi Obat Baginya
Jika sudah menjadi kebiasaan, maka kita tak nyaman jika kebiasaan itu terabaikan. Sebagaimana pula gadis satu ini yang terbiasa membaca
Penulis: Salmah | Editor: Didik Triomarsidi
Hobinya dalam dunia literasi (membaca dan menulis) dan dunia seni (melukis) membuatnya aktif di organisasi Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) Science Goes to Opera (SGO) periode 2016 sebagai Anggota Divisi Sastra dan periode 2017 sebagai Koordinator Divisi Sastra.
Baca: BREAKING NEWS - Bayi Laki-laki di Semak Belakang Kantor Perindag Murungraya, 2 Pekan 3 Bayi Dibuang
Meskipun menerbitkan buku semasa kuliah merupakan resolusi yang belum Ia raih tetapi Ia berhasil menjadi bagian yang berperan penting dalam terbitnya buku Nuxvar bersama teman-temanya, karena baginya masa muda masa berkarya, bukan banyak pusing hanya karena jatuh cinta dan patah hati.
Beberapa buku yang Ia baca juga kadang dalam bentuk e-book. Ia juga mengagumi Stephenie Meyer seorang novelist Amerika bergenre Sci-Fic, Paulo Coelho, dan JK Rowling penulis bergenre Fantasy. The Wizard of Oz juga merupakan buku fantasy yang Ia sukai.
Koleksi buku sastra di kamar kos Wahda di antaranya Under The Dome full series (Stephan King), Self-Driving (Rhenald Kasali), Hujan Bulan Juni & Pinkan Melipat Jarak (Sapardi Djoko Damono), Aroma Karsa (Dee Lestari), Bumi Manusia (Pramoedya Ananta Toer), Negeri Lima Menara (A. Fuadi), Nanti Kita Cerita Tentang Hari Ini (Marchella Fp), Arah Langkah (Fiersa Besari), The Things You Can See Only When You Slow Down (Haemin Sunim), dan beberapa buku lainnya.
Baca: Curhatan Putra Maia Estianty, Dul dan El Melihat Kondisi Ahmad Dhani Satu Sel 12 Orang di Cipinang
Buku-buku tersebut Ia beli dengan uang hasil lukisan, honor bimbingan belajar, dan tabungan dari beasiswa sebagai reward untuk appreciate dirinya sendiri yang telah selesai melakukan a great things.
"Kadang saya tak masalah jika uang tabungan sekitar 400 ribuan habis hanya untuk membeli buku akademik ataupun non akademik dibandingkan membeli pakaian ataupun makeup," selorohnya.
Bagi Wahda, melukis, menulis, dan membaca adalah obat. Semua bersifat menyembuhkan.
Melukis atau menggambar adalah dimensi tanpa batas dalam mengekspresikan cerita.
"Semua orang bisa melakukannya, hanya saja kebanyakan orang dewasa terlalu terpatok dengan “
rules, ingin lukisan atau gambarannya seperti professional, tidak seperti anak-anak. Padahal, kita hanya perlu meanuangkan dalam berbagai medium warna dengan cerita masing-masing," ungkapnya.
Sama halnya menulis. Tentang jatuh di jalanan terjal nan berbatu, rasa yang tak bisa diceritakan pada orang lain, atapun kadang susah memahami apa yang dirasa.
Baca: Shandy Aulia Hamil Setelah Pernikahan 8 Tahun dengan David Herbowo, Jadi Trending Twitter
Melalui karya Sapardi dan Bung Fiersa, ia jadikan menulis sebagai medium untuk bercerita pada diri sendiri, charge kembali motivasinya, dan mengabadikan sebuah kisah seperti menulis sajak untuk mengekspresikan rindu.
Sajaknya yang bertema “Rindu” pernah meraih penghargaan sajak terbaik bulan Juni 2018 yang diadakan oleh @menulis_yuk.
"Literasi memang memegang peranan begitu penting dalam segala lini modern saat ini. Membaca menjadi kunci untuk membuat sebuah tulisan yang baik dan mengurangi adanya miss interpretation," paparnya.
Membaca juga bermakna menjelajah belantara pengetahuan. Menyelami berbagai konflik dan penyelesaian masalah dalam berbagai alur cerita membuat kita belajar melihat dari berbagai sudut pandang sehingga tak mudah underestimate pendapat dan keputusan (mampu mendengar, mau memahami, peduli, dan berempati pada orang lain) dalam kehidupan sehari-hari.
Baginya membaca juga salah satu langkah untuk melakukan perubahan dari seorang passanger menjadi driver. Perubahan menuntut manusia berpikir, demikian kutipan Rhenald Kasali dalam bukunya Self-Driving.
:quality(30):format(webp):focal(0.5x0.5:0.5x0.5)/banjarmasin/foto/bank/originals/nurwahdah-sarjana-kimia-alumnus-fmipa-ulm-banjarbaru.jpg)