Berita Banjarmasin
Sarjana Kimia ULM Ini Merasakan dengan Melukis, Menulis dan Membaca Menjadi Obat Baginya
Jika sudah menjadi kebiasaan, maka kita tak nyaman jika kebiasaan itu terabaikan. Sebagaimana pula gadis satu ini yang terbiasa membaca
Penulis: Salmah | Editor: Didik Triomarsidi
Banyak buku yang disenangi Wahda, antara lain buku bergambar; Nanti Kita Cerita Tentang Hari Ini. Bercerita tentang memori, gagal, tumbuh, patah, bangun, hilang, menunggu, bertahan, berubah, dan segala ketakutan manusia pada umumnya.
Baca: Susul X-Men Dark Phoenix, Men In Black : International Dapat Kritik Buruk
Menjadi begitu berkesan karena ditulis dengan kalimat sederhana namun tak surut makna. Buku yang berkesan juga datang dari beberapa buku lainnya.
The Alchemist karya Paulo Coelho menceritakan petualangan dan perjalanan seorang anak laki-laki yang mempunyai mimpi. Buku yang menumbuhkan optismisme meledak-ledak kepada tiap pembacanya dengan salah satu quote yang begitu melekat. Jika seseorang memiliki keinginan yang kuat dari dalam hati maka semestapun akan bahu-membahu mewujudkannya.
The One Things karya Garry Keller dan Jay Papasan memberikan banyak pelajaran bagaimana mengatur fokus dan prioritas untuk mendorong produktivitas diantara banyak mimpi. Manajemen prioritas antara akademik dengan organisasi kampus misalnya.
Dan terakhir buku terbaik yang ia punya adalah The Things You Can See Only When You Slow Down: How to Be Calm in A Busy World, dengan gaya bicara kepada pembaca yang jelas dan ilustrasi yang sangat indah di setiap akhir bab.
Setiap bab diawali dengan refleksi, memuat pembaca bertanya dan merenung. Lalu ada kata-kata bijak yang dimudah dicerna dan begitu menenangkan.
Kutipan yang sangat Ia suka adalah yang artinya jangan berjuang untuk menyembuhkan lukamu, cukup luangkan waktu ke hatimu dan tunggu, ketika lukamu sudah siap, mereka akan sembuh dengan sendirinya.
Selain buku-buku sains dan sastra, buku bertemakan agama seperti tauhid dan tasawuf juga menjadi koleksinya sebagai pelengkap dalam menuntut ilmu.
Baca: Chef Arnold Pernah Alami Masa Kelam, Tak Bisa Kuliah, Bahkan Sudah Bekerja Sejak Usia 14 Tahun
Ia sadar bahwa nilai seorang hamba bukan berdasarkan pada apa yang orang lain lihat, apa yang telah Ia dilakukan dan apa yang orang lain ketahui tentangnya. Juga bukan dari status atau pangkat kehidupan, juga tidak didefinisikan dari masa lalu.
"Masa lalu adalah sejarah sebagai pusat untuk belajar dan berbenah menjadi manusia yang lebih baik dari tahun, bulan, dan hari kemarin. Sejatinya nilai hamba yang sebenarnya adalah seberapa dekat ia dengan Tuhannya," pungkas Wahda.
Wahda yang senang mencoba banyak hal, juga sadar bahwa masanya tak berulang. Baginya, perjalanan dan pengalaman adalah ruang sejati untuk memahami dan mengilhami.
(banjarmasinpost.co.id/salmah saurin)
:quality(30):format(webp):focal(0.5x0.5:0.5x0.5)/banjarmasin/foto/bank/originals/nurwahdah-sarjana-kimia-alumnus-fmipa-ulm-banjarbaru.jpg)