Life Style
Cari Jodoh di Aplikasi Kencan, Nopian Tak Menyangka Aksinya Berujung di Pelaminan
Nopian tak menyangka keisengannya mencari teman perempuan di aplikasi Tinder empat tahun lalu berujung ke pelaminan.
Setelah mendunia di medio 2013 hingga 2014, Tinder lebih banyak digunakan untuk mencari teman kencan kasual.
Ada yang menyebutnya one-night stand atau cinta satu malam. Fitur pencarian berbasis jarak GPS ini yang memungkinkan kencan cepat dan singkat.
Tampilan dan cara kerja Tinder terbilang sederhana jika dibanding aplikasi atau situs kencan lainnya. Misalnya, OKCupid, Tagged, atau eHarmony yang mengharuskan pengguna menyusun profil lengkap untuk menarik perhatian.

Di Tinder, foto adalah senjata utama. Hanya butuh beberapa detik untuk menilai tampilan lewat foto lalu memutuskan lanjut atau tidak.
Bagi Helmi (38) yang sudah satu dekade lebih mencari teman kencan lewat Tagged hingga Tinder, kemungkinan yang muncul dari aplikasi maupun situs kencan tidak terbatas.
Ia awalnya mengunduh aplikasi kencan untuk meramaikan ponselnya saja. Namun kini, Helmi berpaling ke Tinder untuk mencari teman tidur.
"Ngobrol sama cewek udah ratusan ya. Kalau ketemu udah puluhan dari berbagai daerah. Bandung, Jakarta, paling banyak Bogor. Buat iseng-iseng berhadiah lah," katanya berkelakar.
Baca: Ditangkap Gadaikan Mobil Rental di Pontianak, Oknum Polwan Polda Kalbar Akui Terbelit Utang
Helmi mengatakan dulunya Tinder murni digunakan untuk mencari teman kencan. Namun kini, banyak juga perempuan yang menjajakan "cinta".
"Ada yang ‘jualan’, karena ada juga yang emang nyari. Pernah juga kok saya BO (booking order)," kata dia.
Jodoh ada di genggaman tangan
Cap cinta satu malam itu boleh jadi tengah dihapus oleh Tinder. Selama beberapa pekan terakhir, di berbagai sudut jalan Ibu Kota, di bioskop, media sosial, hingga televisi, muncul iklan Tinder.
Dengan tagar #CariJodohApaAja, Tinder menawarkan aplikasinya bagi yang ingin mencari kesamaan minat. Mulai dari jodoh carpool karaoke, makan durian, silent disco, uji nyali, hingga mengejar ombak.
Pasalnya, Tinder tak akan berhasil mengepakkan sayapnya ke Indonesia dan seluruh Asia dengan citra aplikasi pencari teman tidur.
Budaya ketimuran dengan standar norma kesusilaan dan moral yang tinggi masih dijunjung di berbagai belahan Asia. Tinder harus menyesuaikan aplilkasinya dengan budaya setempat.
Regional Director Tinder East Asia Lyla Seo mengatakan pengguna di Indonesia cenderung lebih banyak dan lebih lama mengobrol di aplikasi ketimbang pengguna dari negara lain.
"Mereka suka saling mempelajari diri masing-masing dan mereka suka membicarakan minat satu sama lain," kata Seo seperti dikutip The Jakarta Post.