Sejarah Bangsa

Masuk Daftar 8 Jenderal yang Akan Disingkirkan, Ini Fakta Jenderal TNI Sukendro Lolos Saat G30 S/PKI

Jenderal TNI Ahmad Sukendro termasuk satu dari 8 Jenderal TNI yang akan disingkirkan PKI dalam gerakan G30 S/PKI.

Editor: Hari Widodo
Tangkap layar YouTube Tribunnews
Sosok yang diduga Jenderal TNI Ahmad Sukendro 

BANJARMASINPOST.CO.ID, PALMERAH - Karirnya sempat moncer di era Soekarno. Karena itulah, Brigadir jenderal TNI Ahmad Sukendro termasuk satu dari delapan jenderal yag akan disingkirkan oleh PKI saat peristiwa yang dikenal dengan G30S/PKI.

Jenderal TNI ini sebenarnya merupakan salah satu target yang akan disingkirkan oleh PKI saat peristiwa G30S/PKI

Tapi takdir berkata lain, Ahmad Sukendro selamat karena Soekarno memerintahkannya menjadi anggota delegasi Indonesia di acara peringatan Hari Kelahiran Republik Cina pada 1 Oktober 1965.

Dilansir dari Intisari dalam artikel 'Seharusnya Ada 8 Jenderal yang Akan Diculik G30S PKI, Kenapa Akhirnya Hanya 7?',  siapa sebenarnya jenderal TNI Ahmad Sukendro? berikut biodatanya

Ahmad Sukendro dilahirkan di Banyumas tahun 1923.

Baca: Tim Ibu Kota Menang, AC Milan Dipermalukan Fiorentina 1-3, Rossoneri Dekati Degradasi

Baca: Hasil Akhir Leicester City vs Newcastle United, The Fox Berpesta Gol 5-0

Baca: 13 Orang Mahasiswa Tewas Setelah Terlempar dari Truk yang Terbalik

Baca: Gerakkan Pembuatan Bom Molotov untuk Aksi Mujahid 212, Seorang Dosen IPB Dibekuk Densus 88

Seperti banyak anak muda seusianya, di zaman Jepang ia memilih mendaftar menjadi anggota PETA.

Saat revolusi, Sukendro bergabung dengan Divisi Siliwangi.

AH Nasution yang melihatnya segera tahu Sukendro bukan perwira biasa.

Cara berpikir dan kemampuan analisis Sukendro di atas rata-rata perwira lainnya.

Karena itu saat Nasution menjadi KSAD, ia menarik Sukendro sebagai Asintel I KSAD.

Nyatanya, Sukendro tak mengecewakan.

Seiring dengan tugas belajar yang diperolehnya di Amerika Serikat (AS), ia juga sukses menjalin kontak dengan CIA.

Beberapa program kerjasama TNI dan CIA, mampir lewat tangannya.

Sampai-sampai ada anggapan pada masa itu, sosok Sukendro-lah penghubung utama Nasution dan juga Achmad Yani dengan CIA.

Bahkan dalam salah satu versi skenario Gestok, karena kecerdasan dan lobi baiknya dengan CIA, Sukendro disebut-sebut sebagai salah satu orang yang layak dicurigai sebagai dalang, seperti disebut dalam buku Menguak Misteri Kekuasaan Soeharto karangan FX. Baskara Tulus Wardaya.

Selepas peristiwa G30S/PKI, karier intelijen Sukendro mulai tersisih oleh kiprah Ali Moertopo.

Ia tidak bisa membendung jaring-jaring intelijen Ali yang kemudian mempercepat keruntuhan Soekarno.

Ketika Soeharto naik ke puncak kekuasaan, Sukendro praktis redup.

 Dalam sebuah kursus perwira di Bandung, ia secara mengejutkan mengakui keberadaan Dewan Jenderal.

Soeharto melalui Pangkopkamtib Jenderal Sumitro menggiringnya ke dalam penjara RTM Nirbaya Cimahi selama 9 bulan.

Lepas dari tahanan, Sukendro ditampung Gubernur Jateng, Supardjo Rustam. Ia diberi kepercayaan mengelola perusahaan daerah Jateng. (Agus Surono)

Meski demikian, Soemitro terus memantaunya.

Setiap kali terdengar ada gerakan antipemerintah, Sukendro adalah orang pertama yang didatangi Soemitro.

“Tidak ada orang intelijen yang lebih hebat daripada dia. Karena itu saya selalu mencurigainya,” kata Mitro.

Sekadar informasi, dalam pertemuan terakhir operasi penculikan Dewan Jenderal di rumah Sjam Kamaruzzaman, di Salemba Tengah, pada Hari-H, 30 September 1965, ternyata ditentukan nama delapan jenderal TNI yang akan dijemput.

Mereka adalah Jenderal AH Nasution, Letnan Jenderal Ahmad Yani, Mayjen Soewondo Parman, Mayjen R. Soeprapto, Mayjen Mas Tirtodarmo Harjono, Brigjen Donald Izacus Pandjaitan, Brigjen Soetojo Siswomihardjo, dan Brigjen Ahmad Soekendro.

 Selain Sukendro, Abdul Haris Nasution juga berhasil lolos dari kejaran tentara antek PKI

Jenderal Besar TNI Abul Haris Nasution
Jenderal Besar TNI Abul Haris Nasution (kebudayaan.kemendikbud.go.id)

Dilansir dari Tribunnewswiki dalam artikel '17 AGUSTUS - Serial Pahlawan Nasional: Jenderal Besar TNI Abdul Haris Nasution', pada waktu itu ada tentara yang melepaskan tembakan, namun terpeleset.

Ia berhasil memanjat dinding dan terjatuh ke halaman Kedutaan irak untuk bersembunyi.

Namun akibat kejadian ini ia mengalami patah pergelangan kaki.

AH Nasution bisa selamat juga berkat pengorbanan ajudannya yakni Perre Tendean.

Dilansir dari Tribun Jabar dalam artikel 'Pierre Tendean, Korban G30S, Diperebutkan 3 Jenderal dan Gugur karena Ngaku Jadi Jenderal Nasution', Lettu Pierre Tendean menjadi ajudan Jenderal AH Nasution untuk menggantikan ajudan sebelumnya.

Pada usia 26 tahun, ia sudah mengawal sang jenderal ternama.

Tidak hanya mengawal Jenderal AH Nasution, Lettu Pierre Tendean pun akrab dengan putri Jenderal AH Nasution, Ade Irma Suryani.

Potret berdua mereka bahkan terpajang di Museum AH Nasution.

Namun, kisah hidup Lettu Pierre Tendean sebagai ajudan AH Nasution berakhir tragis.

Saat itu (30/9/1965) Lettu Pierre Tendean biasanya pulang ke Semarang merayakan ulang tahun sang ibu.

Namun, ia menunda kepulangannya karena tugasnya sebagai pengawal Jenderal AH Nasution.

Ia tengah beristirahat di ruang tamu, di rumah Jenderal AH Nasution, Jalan Teuku Umar Nomor 40, Jakarta Pusat.

Namun, waktu istirahatnya terganggu karena ada keributan.

Lettu Pierre Tendean pun langsung bergegas mencari sumber keributan itu.

Lettu Pierre Tendean, Perwira TNI Berwajah Bule yang berakhir tragis Demi Lindungi Jenderal AH Nasution
Lettu Pierre Tendean, Perwira TNI Berwajah Bule yang berakhir tragis Demi Lindungi Jenderal AH Nasution ((Kolase Kompas TV))

Ternyata keributan itu berasal dari segerombol pasukan bersenjata yang tak dikenal

Mereka pun menodongkan senjata pada Lettu Pierre Tendean.

Lettu Pierre Tendean pun tak bisa berkutik. Ia dikepung pasukan itu.

Demi melindungi atasannya, Lettu Pierre Tendean pun menyebut dirinya sebagai Jenderal AH Nasution.

"Saya Jenderal AH Nasution," ujarnya.

Akhirnya, ia yang dikira Jenderal AH Nasution pun langsung diculik.

Sementara itu, putri Jenderal AH Nasution, Ade Irma, nyawanya tak tertolong karena tertembak.

Pada akhirnya, Lettu Pierre Tendean pun harus gugur di tangan orang-orang yang menyerangnya.

Tubuhnya yang tidak bernyawa bahkan diikat kakinya, lalu dimasukan ke dalam sumur, di Lubang Buaya.

Pada usianya yang masih muda, Lettu Pierre Tendean pun jadi korban dalam peristiwa mengerikan yang dikenal dengan pemberontakan PKI atau G30S/PKI.

Baca: Persija Jakarta Didenda Akibat Ulah Suporternya, Ini Poin-poin Hasil Sidang Komdis PSSI

Baca: 36 Orang Penumpang Tewas Setelah Bus Penuh Tabrakan dengan Truk

Baca: Perang Drone Tempur Terbesar di Dunia Bakal Terjadi Wilayah Udara Libya

Kematiannya memberikan luka mendalam terhadap keluarganya.

Apalagi pada November 1965, Lettu Pierre dijadwalkan akan menikahi Rukmini Chaimin, di Medan.

Namun, takdir berkata lain. Ia meninggal demi melindungi atasannya di depan para pemberontak itu.

Sebagai bentuk kehormatan, ia pun dinaikkan pangkatnya menjadi Kapten.

Kapten Tendean pun ditetapkan sebagai Pahlawan Revolusi Indonesia, pada 5 Oktober 1965.

(Putra Dewangga Candra Seta)

Artikel ini telah tayang di Wartakotalive dengan judul FAKTA Jenderal TNI Ahmad Sukendro Lolos dari Kejaran PKI, Ini Kronologi Keberuntungannya

Sumber: Warta Kota
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved