Wabah Virus Corona

Kesaksian Penggali Kubur Jenazah Korban Corona, Sedih Melihat Tak Ada Keluarganya

Jenaza-jenazah korban corona ini harus sesegera mungkin di kuburkan, selain itu prosesi penguburan juga dilakukan malam hari.

Editor: Didik Triomarsidi
TRIBUNNEWS.COM/LUCiUS GENIK
Said, penggali kubur di salah satu Tempat Pemakaman Umum (TPU) di Jakarta Timur. Meski khawatir, Said ikhlas menanti siang dan malam jika ada jenazah korban Covid-19 untuk dikuburkan. 

"Kalau dibilang takut ya pastinya takut, tapi ya sudah nasib kerjanya begini. Belum lagi saya kan tergolong yang mudah (karena lansia, red)," kata Said singkat.

Said percaya bahwa prosedur pemakaman yang diterapkan oleh pihak rumah sakit tentunya berguna melindungi para petugas yang terlibat saat proses penguburan jenazah Covid-19.

Sejauh ini Said sudah dua kali terlibat dalam penggalian kubur jenazah Covid-19.

Dirinya selalu mematuhi imbauan pihak rumah sakit yang mengharuskannya mengenakan Alat Pelindung Diri (APD) dan menjaga kebersihan diri.

Beberapa petugas berpakaian hazmat dilempari penduduk yang menolak pemakaman pasien yang terinfeksi virus corona di Jawa Tengah.
Beberapa petugas berpakaian hazmat dilempari penduduk yang menolak pemakaman pasien yang terinfeksi virus corona di Jawa Tengah. (Instagram | @entebahluuul)

Pemerintah daerah pun, lanjut Said, sudah menyediakan berbagai keperluan untuk kantor pemakaman.

Khususnya dalam pencegahan penularan virus corona. Mulai dari menyediakan hand sanitizer hingga memenuhi kebutuhan lainnya yang tak dijabarkan secara menyeluruh oleh Said.

"Saya cuma bisa mengikuti apa yang diminta rumah sakit. Saya percaya pastinya itu untuk menjaga kita-kita yang ikut ngubur," kata Said.

Jenazah korban Covid-19, ketika tiba di makam, sudah dalam kondisi terbungkus peti.

Sebagai seorang penggali kubur, Said yang biasanya melihat jenazah yang bukan korban Covid-19 bisa didampingi langsung oleh keluarga dan didoakan, merasa sedih melihat jenazah korban Covid-19.

Harus dibungkus plastik, dikuburkan tanpa adanya pihak keluarga yang datang hingga tidak didoakan langsung oleh keluarga, membuat Said merasa sedih.

Bahkan pasien saat dinyatakan meninggal dunia di rumah sakit, tak ada satu pun keluarganya yang datang.

"Saya sebenarnya sedih lihat jenazah corona tidak ada pendampingan keluarga. Tapi mungkin memang peraturannya seperti itu. Karena kalau tidak bisa jadi penularan massal," kata Said.

Selain merasa takut tertular, Said pun mengaku belakangan harus terus bersiaga. Siang ataupun malam, Said tetap bersiaga.

Jenazah korban Covid-19 bisa datang kapan saja, dan harus segera dimakamkan dalam waktu empat jam.

"Jenazah corona harus dimakamkan dalam waktu empat jam," katanya singkat.

Sumber: Tribunnews
Halaman 2/3
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved