Sasirangan Ecoprint di Tanahlaut
KALSELPEDIA: Kain Sasirangan Ecoprint Tanahlaut, Bupati Sukamta Bantu Promosi
Kala itu Sukamta yang difoto menggunakan masker usai kegiatan Pemkab Tanahlaut memakai Sasirangan Ecoprint buatan pengrajin Sasirangan Tanahlaut.
Penulis: Milna Sari | Editor: Royan Naimi
Editor: Royan Naimi
BANJARMASINPOST.CO.ID, PELAIHARI - Sasirangan Ecoprint menjadi trending di Kabupaten Tanahlaut usai bupati Tanahlaut H Sukamta mempromosikan Sasirangan Ecoprint di media sosialnya.
Kala itu Sukamta yang difoto menggunakan masker usai kegiatan Pemkab Tanahlaut memakai Sasirangan Ecoprint buatan pengrajin Sasirangan Tanahlaut.
Pengenalan Sasirangan Ecoprint ini pun menuai banyak pujian netizen. Tak sedikit yang bertanya pengrajin yang membuat Sasirangan Ecoprint miliknya.
Seperti diketahui Kabupaten yang berjuluk Bumi Tuntung Pandang ini memang sudah mewajibkan ASN untuk memakai Sasirangan khas Tanahlaut pada hari tertentu.
• KALSELPEDIA: Beda Kain Ecoprint dengan Sasirangan Ecoprint Tanahlaut
• Lagi, Ucapan Nia Ramadhani Saat Wabah Covid 19 Dinyinyir, Istri Ardi Singgung Kalangan Ini
• Surat Abu Bakar Baasyir pada Presiden Jokowi Agar Dibebaskan Saat Wabah Covid-19
Sebelumnya juga sudah ada Sasirangan motif Tanahlaut yakni kijang mas, jagung dan motif lain yang dipopulerkan oleh Sukamta. Kini giliran Sasirangan Ecoprint khas Tanahlaut yang juga dipromosikan olehnya.
Seperti halnya sasirangan, sasirangan Ecoprint juga bisa diterapkan ke kain apa saja.
Sasirangan Ecoprint yang dibuat di Sasirangan Fanesya Desa Banyu Irang Kecamatan Bati-bati ,Kabupaten Tanahlaut, Provinsi Kalimantan Selatan misalnya bisa dibuat untuk kain sutera hingga kaus.
Tak ada yang spesial dalam mengaplikasikan Ecoprint pada kain katun untuk baju kaos oblong.
Sama seperti untuk kain sutera, cara membubuhkan Ecoprint pada baju kaos juga bisa dilakukan dengan teknik dikukus atau dipukul.
Hasil warna pada setiap daun pun berbeda-beda meskipun dalam satu pohon.
Warna daun yang lebih muda biasanya berwana berbeda dengan yang lebih tua.
Karenanya untuk menyelaraskan warna daun Fanesya misalnya harus mengatur penataan daun yang akan dijadikan sebagi motif Sasirangan Ecoprint.
Sasirangan Ecoprint tentu berbeda dengan kain Ecoprint yang dijual dari pulau Jawa.
Nama kain khas Banjar tersebut dilekatkan bukan tanpa alasan.
Pasalnya pada kain Ecoprint yang dibuat pengrajin kain di Tanahlaut ini juga masih memertahankan motif Sasirangan.
Sasirangan Fanesya misalnya saat ditemui Senin (6/4/2020) masih memertahankan motif Sasirangan pada kain Ecoprintnya.
Kain sutera Sasirangan ditambah lagi dengan motif Ecoprint yang cantik. Hasilnya sebuah kain dengan motif yang unik dan menarik.
(banjarmasinpost.co.id/milna sari)
