Wabah Virus Corona

Minyak Dunia Anljok karena Virus Corona, China Ambil Untung Memborong untuk Cadangan

China memilih main borong minyak dunia yang harganya sedang turun untuk memperkuat cadangan bahan bakar nasionalnya.

Editor: Rahmadhani
Reuters/Aly song
Bendera China dikibarkan setengah tiang Sabtu (4/4/2020), untuk mengenang orang-orang yang meninggal, termasuk petugas medis, akibat wabah Covid-19. 

Perusahaan migas pelat merah, PetroChina Ltd., yang juga merupakan produsen minyak terbesar di Asia, "mungkin kehilangan uang dalam jumlah besar," kata analis industri Max Petrov di Wood Mackenzie.

"Jika perusahaan menghentikan investasi, dan karena karakter ladang minyak di Cina, akan butuh waktu yang sangat lama untuk memulihkan kapasitas produksi ke kondisi awal,” kata dia.

"Prosesnya akan memakan waktu bertahun-tahun dan menelan dana yang sangat besar.”

September silam Kementerian Energi Nasional melaporkan cadangan minyak strategis nasional sebesar 385 juta barrel.

Untuk ukuran Cina, jumlah tersebut cukup untuk memenuhi kebutuhan di dalam negeri selama 80 hari.

Jika kapasitas penyimpanan ditingkatkan, pemerintah Cina mampu mengimpor hingga 900 ribu barrel minyak per hari, sekitar 5% hingga 9% dari total nilai pembelian minyak luar negeri, kata Lee dari Fitch Solutions.

Komisi Politik dan Hukum di PKC juga menilai anjloknya harga minyak membuka kesempatan unik bagi Cina untuk menambah cadangan strategis nasional, tanpa mengindikasikan adanya kebijakan terkait oleh pemerintah Beijing.

"Ini adalah kesempatan sekali dalam satu abad,” tulis komisi tersebut.

"Pulangkan kapal tanker kalian!"

Reaksi berbeda ditunjukkan oleh Amerika Serikat menyusul sikap Presiden Donald Trump yang mempertimbangkan penghentian impor minyak. Pandangan serupa ikut dibagi oleh petinggi Partai Republik yang lain.

Senator AS Ted Cruz misalnya mendesak Arab Saudi untuk menghentikan pengiriman minyak ke Amerika Serikat, "pulangkan kapal tangker kalian!," tulisnya melalui Twitter.

Cruz merujuk pada armada tanker Arab Saudi yang mengangkut 40 juta barrel minyak Bumi dan sedang dalam perjalanan menuju Amerika Serikat.

Akibatnya pemerintah di Riyadh berniat mengalihkan armada tanker itu ke tempat lain, lapor Reuters.

Awalnya Saudi mencari tempat penyimpanan sementara, namun batal lantaran tingginya harga sewa.

Perusahaan minyak pemerintah, Aramco, mengaku situasinya terkendali.

Halaman
123
Sumber: Kontan
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved