Kreativitas Dimasa Pandemi
Kisah Pemilik Bimbel di Banjarbaru Produksi APD untuk Tenaga Medis Covid-19
Guru Bahasa Inggris Reni tak menyerah dengan keadaan. Dia menyulap tempat bimbelnya untuk memproduksi APD yang didonasikan untuk tenaga medis Covid-19
Penulis: Nurholis Huda | Editor: Hari Widodo
"Kalau para penjahit yang mengukur dan memotong sendiri, bakalan ribet. Kalau sudah ada pola, maka mereka tinggal menjahit," papar Reni.
Dia mengungkapkan, hingga saat ini mereka sudah memproduksi 250 pcs pakaian APD dan sudah dibagikan ke sejumlah Puskesmas dan rumah sakit yang ada di Banjarbaru, Banjarmasin hingga Kabupaten Banjar.
"Kami membagikannya secara cuma-cuma untuk donasi. Bukan menjualnya. Jadi, kalau ada yang membayar, uangnya kami buat untuk memproduksi lagi," ungkapnya.
Meski hanya dalam bentuk donasi, ternyata dikatakan Reni beberapa rumah sakit dan puskesmas ada yang membayar.
Dengan begitu, mereka masih bisa terus memproduksi.
"Sekarang kami memproduksi untuk gelombang yang kedua," katanya.
Dia mengaku senang bisa turut membantu menyediakan APD untuk para tim medis yang kini sedang berjibaku merawat para pasien corona. Meski, secara sukarela dan tidak mendapatkan upah.
"Ini adalah bentuk kepedulian kami. Ini lah cara kami melindungi keluarga dengan lebih dulu melindungi tim kesehatan," ujarnya.
Sementara untuk menghidupi keluarganya, Reni mengaku masih bisa mengandalkan gaji yang diterimanya dari salah satu SMKN Banjarbaru sebagai seorang guru.
"Saya juga masih punya satu peserta bimbel privat. Jadi, aman saja," pungkasnya.
Dijelaskan dia, keterlambatan di tim APD, Miss Reni, tugasnya motong pola ama membagi ke penjahit. Setelah siap Miss Reni bagi-nagi ke penjahit di Banjarbaru.
"Pagi tadi baru selesai bagi-bagi. Kali ini sudah tahap kedua, untuk dibagikan ke Rescue Dinkes 10, RS Raza ICU 20, RS Anshari saleh ICU 10, RS sultan Suriansyah 20, Pkm Luteng (10), Pkm Sungai Mesa (16), Pkm Pekapuran (17), Pkm Terminal Bjm (20) dan ciputra 15 serta Bidan praktek pribadi 2 APD.
"Kira-kira masih ada 200 APD lagi yang sedang proses jahit. Setelah ini kami menghentikan donasi. Semoga setelah kami selesai menyelesaikan APD ini, pandemi ini bisa berangsur-angsur berkurang. Sehingga kita bisa beraktifitas kembali seperti biasa," tandasnya.
Alasan lain mungkin karena bahan yang semakin terbatas, sehingga timnya kesulitan mencari bahan baku, lalu harga-harga yang semakin mahal karena banyak perlengkapan jahit seperti karet yang harganya melonjak tinggi.
"Sehingga kami harus indent cuma untuk menunggu karet atau retsleting ready sehingga produksi hazmat kami tak bisa secepat di tahap 1 & 2. Dan semakin hari kami melihat semakin banyak orang-orang yang peduli, membuka donasi yabg sama & bisa membantu tenaga medis, " urainya.
