Berita Tanahbumbu
Berjualan di Tengah Covid-19, Masdiana : Saya Takut Corona Tapi Lebih Takut Tak Bayar Listrik
Masdiana berjualan di Pantai Pagatan. Ia mengaku takut Corona tapi lebih takut tidak bisa bayar tagihan listrik
Penulis: Leni Wulandari | Editor: Hari Widodo
Editor : Hari Widodo
BANJARMASINPOST.CO.ID, TANAH BUMBU - Sempat ditutup selama dua bulan sejak kemunculan pandemi Covid-19 yang turut mewabah di kawasan Kusan Hilir kabupaten Tanah Bumbu, objek wisata Pantai Pagatan kini dibuka kembali.
Terlihat hanya kendaraan roda dua yang dapat melintas masuk menuju jalan utama objek wisata Pantai Pagatan.
Terhitung dua hari sudah objek wisata tersebut kembali dikunjungi masyarakat sejak setelah tidak diizinkannya memasuki kawasan pantai.
Hal ini turut berimbas kepada pedagang yang mendirikan tempat jualan di dekat tepian pantai, mencari peruntungan dari para pengunjung yang datang.
• Pastikan Pedagang Taat Protokol Covid, Pasar Tradisional Dipantau, Ini Hasil Rapid Test Massal
• Cegah Penyebaran Virus Corona, Pantai Pagatan Tanbu Pun Akhirnya Ditutup
• Dampak Corona, Pelaksanaan Hari Jadi Tanahbumbu dan Pesta Pantai Pagatan, Batal Digelar April
Begitu pula oleh penjual es kelapa muda, Masdiah (54), ia senang sekaligus was-was.
Sebab dapat berjualan kembali ditengah wabah Covid-19 yang tak kunjung usai.
Ibu tiga orang anak itu menjelaskan ia sangat bersyukur sudah dua hari pantai kembali ramai.
Namun, ia juga menyadari berjualan ditengah pandemi sulit untuk mengharapkan peruntungan yang maksimal.
Dibalik semangatnya berjualan, Masdiah menyimpan beban tagihan pembayaran fasilitas rumah yang ia tinggali di Jalan Keramat Pisang, RT 1, kelurahan Kusan Hilir, kabupaten Tanah Bumbu. Salah satunya tagihan listrik yang harus ia bayar setiap bulan.
"Setiap bulan. Bagiamana jika kita tidak bayar?" Ucapnya.
Tagihan setiap bulan yang harus dibayarkan kerap menimbulkan perselisihan antara pihak penagih dan warga yang tinggal di sekitar rumah Masdiah.
"Sering, tetangga saya cekcok saat penagih datang. Mungkin karena tersinggung dan keadaan ekonomi," ungkapnya.
Ia mengungkapkan pembayaran listrik yang harus dibayar setiap bulan mencapai Rp 360.000.
Ditengah menunggu pelanggan yang membeli es kelapa mudanya, ia kembali melanjutkan dilema yang ia alami berjualan ditengah pandemi.
